Diplomasi dikenal dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui pertukaran budaya, jamuan makan kenegaraan hingga melalui hubungan antar manusia yang dikenal sebagai people to people diplomacy. Pratito Soeharyo, seorang Duta Besar Indonesia untuk Laos di tahun 2018-2023 mengungkapkan bahwa dalam membangun sebuah relasi melalui hubungan antar manusia, sangat penting untuk melibatkan rasa kekeluargaan dengan mengadakan kegiatan yang dapat dilakukan berulang dan dimana saja.
Dalam agenda Kuliah Umum Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Selasa (11/6), Pratito menyampaikan salah satu cara yang menurutnya efektif untuk membangun people to people diplomacy adalah dengan komunitas jelajah. Komunitas jelajah dengan otomotif sendiri aktif berkegiatan melakukan tur lintas wilayah atau overlanding, sehingga dapat menyentuh banyak lapisan masyarakat yang bahkan jarang terjangkau oleh pemerintah. Praktik diplomasi melalui komunitas jelajah seperti ini pun telah dilakukan oleh Pratito dengan Indonesia Motorhome Club, yang belum lama ini melakukan overlanding ke Timor Leste hingga diterima langsung oleh Presiden Jose Ramos-Horta sebagai bagian untuk mempromosikan wisata di Timor Leste. Fenomena baru seperti ini yang menurut Pratito dapat menjadi bentuk soft diplomacy yang berbeda dari yang sudah ada.
“Saya mempunyai motto bahwa apapun bentuk diplomasi, dapat dilakukan melalui kegiatan seperti yang dilakukan oleh komunitas jelajah. Hal ini sudah terbukti efektif dan sangat mungkin dilakukan, karena dengan melakukan perjalanan ke berbagai wilayah dapat terjadi pertemuan bersama masyarakat dengan berbagai macam latar belakang, yang mengakibatkan terbentuknya pertukaran informasi, budaya maupun relasi yang semakin baik. Interaksi antar masyarakat seperti inilah yang dapat memperkuat rasa persatuan,” ujarnya.
Pratito yang saat ini bersama dengan Indonesia Motorhome Club sedang melakukan tur lintas wilayah bertajuk “Java Bali Short Series” singgah di Yogyakarta dan memutuskan untuk menyambangi UMY untuk memperkenalkan apa yang dapat dilakukan oleh komunitas jelajah menggunakan motorhome atau “rumah berjalan”, serta berdampak besar bagi proses diplomasi. Ia pun mendorong para generasi muda agar lebih sering melakukan perjalanan, sehingga dapat berinteraksi dengan beragam masyarakat di berbagai daerah.
“Kita mengenal bahwa masyarakat adalah aktor non-negara dalam proses diplomasi, dan apa yang dilakukan oleh komunitas jelajah atau komunitas apapun yang melakukan perjalanan lintas wilayah adalah bagian dari penguatan diplomasi. Ini dapat dilakukan oleh siapa saja dengan profesi apapun, bahkan saya pernah bertemu sepasang suami-istri yang juga dokter, melakukan perjalanan ke Laos menggunakan sepeda motor dan ingin membantu mengobati pasien di rumah sakit lokal yang kekurangan dokter spesialis,” ungkap Pratito.
Dirinya juga berharap bahwa melalui pendekatan yang dilakukan oleh komunitas jelajah dengan melakukan perjalanan lintas wilayah ini dapat terjadi kesepakatan baru yang semakin membuka mata dunia internasional terhadap Indonesia, dari segi budaya, pariwisata maupun pertukaran informasi. (ID)