Satu persatu roket milik LAPAN melesat ke udara meninggalkan tiang peluncurnya dengan membawa muatan milik mahasiswa peserta KOMURINDO di Lapangan Tembak Disilitbang TNI AD, Pantai Bocor, Kebumen, Jum’at (15/8) pagi. Muatan rakitan para mahasiswa tersebut berisi berbagai macam sensor yang dapat mengukur kecepatan udara, ketinggian, lokasi berbasis GPS, hingga memotret citra daratan di bawahnya.
Kemudian data yang dikumpulkan tersebut dikirimkan ke pusat data yang berada di darat. Kemampuan muatan mengirimkan data di atas ketinggian dan berada di dalam roket yang melesat mencapai kecepatan 150 kilometer per jam menjadi tantangan tersendiri bagi peserta, pasalnya guncangan saat roket akan meluncur, besar dan bisa membuat sensor-sensor tersebut tidak mampu mengirimkan data ke stasiun di darat.
Tak sampai di situ dewan juri juga menilai kemampuan muatan tersebut untuk terus berkomunikasi dengan stasiun darat secara utuh dari saat akan meluncur hingga selesai.
Di samping itu akurasi data dan foto citra terbaik yang dikirimkan juga menjadi penilaian yang krusial bagi para tim yang bertanding. “Hal paling penting adalah komunikasi bisa berjalan seutuhnya dari start sampai juri memberi perintah mematikan. Selama itu mereka harus mampu mengirimkan data yang diminta, seperti akselerasi, mengirimkan gambar dan sebagainya,” ungkap ketua dewan juri Dr. Endra Pitowarno di sela-sela peluncuran.
Penilaian yang dilakukan dewan juri dari awal hingga tahap peluncuran pada lomba tersebut pun tidak main-main. Terhitung hanya 19 tim yang mampu bertahan hingga tahap peluncuran dari jumlah awal 60 tim yang berkompetisi. Kebanyakan dari mereka tida dapat melaju hingga tahap akhir lantaran muatan yang mereka buat tidak mampu memenuhi kriteria yang ditentukan saat uji fungsi berlangsung.
“Sebelum peluncuran, muatan peserta diuji fungsi dengan ditimbang, diukur dimensi, dan diuji getarannya. Kalau tidak sesuai standar, tidak akan lulus,” tambah Ketua Panitia, Dr. Slamet Riyadi.
Selain lomba muatan, KOMURINDO 2014 juga melombakan kategori Electric Ducted Fan (EDF). Kategori ini tidak seperti lomba muatan, para peserta lomba ini merakit roketnya sendiri yang bertenaga baterai. Sebanyak 27 tim berlomba meluncurkan roketnya paling tinggi serta mampu terbang dengan terkendali. Selain itu dewan juri juga akan menilai kemampuan roket tersebut mengirimkan berbagai data melalui sensor yang dibawanya. Kemampuan terbang roket-roket ini mencapai 200 meter dengan kecepatan di bawah 100km per jam.
KOMURINDO tahun ini tergolong spesial karena digelar bersamaan dengan Kompetis Balon Atmosfir (KOMBAT) yang baru pertama kali diselenggarakan. Dalam ajang ini muatan milik 16 peserta dibawa oleh balon berukuran cukup besar. Catatan dewan juri menyebutkan, balon atmosfir Kombat kali ini berhasil meninggalkan lokasi hingga jarak 60km dengan ketinggian 29km. Sama halnya dengan KOMURINDO, muatan pada KOMBAT juga harus bisa mengirimkan data dengan durasi paling lama dan akurat. “Untuk KOMBAT sendiri penilaiannya dari segi KOMBAT paling lama durasi komunikasi dan pengiriman data akurat yang didapat, serta bisa mendeteksi lokasi. Selain itu, banyak pula parameter penilaian lainnya,” kata Endra lagi menambahkan.