Berita

Konsep Suku Bunga Bukan Konsep Untuk Berdagang

Sistem perbankan konvensional masih menjadi pilihan favorit bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, kelemahan dari sistem perbankan ini adalah pada akhirnya dapat membuat ekonomi dari suatu negara mengalami krisis. Islam, yang memiliki sistem perbankan sendiri memiliki perbedaan fundamental dengan sistem konvensional seperti tidak adanya suku bunga. Dengan masih kurangnya kesadaran masyarakat awam terkait sistem perbankan Islam, Dr. H. Anwar Abbas, M.M., M.Ag. selaku ahli ekonomi Islam optimis di masa depan sistem ini akan menjadi pilihan utama bahkan mendominasi.

Dalam acara peluncuran program Magister Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Jumat (9/6), Anwar melalui live Zoom menyampaikan jika konsep suku bunga merupakan konsep yang tidak berkeadilan dalam melakukan perdagangan. “Jika suku bunga mengalami kenaikan, maka akan berdampak kepada kenaikan harga barang, yang akan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan pada akhirnya mengganggu stabilitas ekonomi. Inilah yang mengharuskan adanya penurunan suku bunga jika ingin terciptanya stabilitas ekonomi,” jelas Anwar.

Menurut Anwar, konsep suku bunga dianggap sebagai konsep yang tidak berkeadilan karena konsep ini hanya menguntungkan salah satu dari dua pihak yang melakukan transaksi, baik itu jual beli maupun peminjaman uang. “Jika suku bunga tinggi, akan lebih menguntungkan penawar dan lebih merugikan yang menawar, begitu pula sebaliknya,” ujarnya. Salah satu Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2022-2027 ini pun menegaskan jika dalam sistem perbankan Islam tidak mengenal konsep naik turunnya suku bunga, karena sudah otomatis menjadi nol.

Pemahaman akan sistem perbankan Islam yang lebih komprehensif menjadi sangat diperlukan melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Program Magister Ekonomi UMY melalui salah satu konsentrasinya yaitu Ekonomi Islam akan berupaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih kompeten, salah satunya di bidang sistem perbankan Islam.

Rektor UMY, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM., ASEAN, Eng. mengatakan jika dalam konsep keilmuan, seringkali dibutuhkan kepakaran di bidang master. “Dalam program pascasarjana, seringkali lebih mengedepankan konsep analisis sebagai bentuk persiapan kualitas sumber daya manusia. Ini juga dimaksudkan karena Indonesia sudah menjadi bagian dari masyarakat ekonomi global, dan mahasiswa pascasarjana diharapkan memiliki kepandaian yang cukup dalam menghadapi tantangan ini,” ujar Gunawan.

Gunawan juga menyinggung terkait bonus demografi yang akan dialami Indonesia di tahun 2035, yang akan menjadi percuma jika tidak disertai dengan berbagai upaya kongkrit untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. “Maka, bonus demografi hanya akan menjadikan sebagian besar pemuda di Indonesia sebagai penonton di panggung internasional,” imbuhnya. (ID)