Berita

Kontes Robot Juga Untuk Perempuan

Pemandangan unik terlihat diantara ratusan peserta Kontes Robot Indonesia (KRI) 2015 yang mulai berdatangan hari ini, Kamis (11/6) di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Kontes robot yang diselenggarakan tanggal 11-14 juni 2015 ini diikuti oleh 108 peserta dari universitas-universitas se-Indonesia. Merakit robot memang identik dengan permainan kaum adam karena terbilang cukup berat dan rumit. Namun, stigma tersebut tidak menghalangi mekanik-mekanik perempuan yang turut andil dalam Kontes Robot Indonesia tahun ini.

Salah satu mekanik perempuan yang antusias mengikuti KRI kali ini adalah Fussy, mahasiswi semester 7 asal Universitas Telkom Elektro. Bersama timnya ROOBICS, ia berkontribusi dalam programing robot pemadam api yang akan bertanding dalam kategori Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI). “Mulai tertarik dengan robot ketika masuk semester 4, di situ saya mengikuti rekruitasi atau tahap pengenalan pembuatan robot. Dari situlah saya semakin tertantang untuk ikut membuat robot bersama teman-teman,” ujar Fussy.

Dalam rombongan peserta dari universitasnya hanya ada 3 perempuan. Diakuinya, membuat robot memang tantangan besar bagi perempuan karena menyita banyak tenaga, pikiran, dan waktu yang tidak semua perempuan menyanggupinya.

Tak jauh berbeda dengan Felisyia, peserta dari tim Nemaeka mahasiswi asal Palu Sulawesi Tengah. Mahasiswi program studi informatika ini juga menjadi programer untuk robot sepak bola yang akan bertanding dalam kategori Kontes Robot Sepak Bola Indoensia (KRSBI). Berbeda dengan Fussy yang tertarik robot di Semester 4, Felisyiya tertarik dengan robot sejak awal perkuliahan.

“Karena ketika membuat robot kita sekaligus mengimplementasikan ilmu kita, dan seninya membuat robot kita harus teliti untuk mensingkronisasi antara badan robot dan program agar mau melaksanakan command (perintah) kita,” jelas Felisyiya. Bahkan Felsyiya mengungkapkan salah seorang rekannya yang juga perempuan turut ambil andil dalam merangkai bentuk robot pemadam api yang ukurannya lebih besar dibanding robot sepak bola. “Membuat robot sudah bukan tentang gender, hal itu bukan sesuatu yang tabu atau mustahil bagi perempuan,” tambah felisyiya.

Sheni, mahasiswi asal STIMIK Teknokrat Lampung juga mengakui hal yang sama. Ia mengatakan bahwa membuat robot adalah hal yang menyenangkan. Sheni berkontribusi dalam bagian elektronika untuk membuat robot sepak bola di timnya. “Harus begadang setiap malam di kampus, berurusan dengan kabel dan listrik itu hal yang menyenangkan untuk saya. Dan saya yakin tim kami dapat meraih juara.”

Hingga berita ini diturunkan, total lebih dari 30 tim sudah memadati sportorium UMY. Mereka terbagi dalam 5 regional sesuai wilayah asal mereka masing-masing. Peserta akan memepertunjukan inovasi robot-robot mereka pada hari Sabtu-Minggu, 13-14 Juni 2015 di Sportorium UMY. (nanda)