Perawat menjadi salah satu pelayanan di bidang kesehatan. Walau demikian, tenaga perawat di Indonesia dapat dikatakan masih minim. Dengan adanya fenomena tersebut kebutuhan akan perawat masih sangat tinggi untuk mencapai kualitas kesehatan masyarakat Indonesia yang baik. Menjawab isu tersebut, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) turut berupaya melahirkan perawat sesuai dengan kompetensi keperawatan yang dibutuhkan. Sebanyak 82 ners secara resmi diambil sumpahnya dan dilantik pada Kamis (19/09) di Gedung Sportorium UMY.
Lebih dari itu, saat ini masyarakat Indonesia menuntut adanya pelayanan kesehatan yang mumpuni guna mencapai kesehatan yang prima. Seyogyanya, kesehatan yang prima akan dipengaruhi oleh faktor kualitas pelayanan kesehatannya. Tentu, hal tersebut akan menjadi tanggung jawab moral bagi tenaga medis di Indonesia. Sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Dr. Nano Prawoto, S.E, M.Si selaku Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) UMY bahwa soft skill menjadi hal yang sangat fundamental untuk dimiliki oleh seorang perawat. Dimana soft skill ini nantinya dapat menunjang kualitas kesehatan di Indonesia.
“Sebagai seorang perawat, soft skill menjadi hal yang penting dan perlu untuk terus ditingkatkan. Ada beberapa hal yang perlu untuk terus ditingkatkan, seperti halnya empati dan kemampuan berkomunikasi. Profesi ini berkaitan erat dengan orang lain, sehingga memberikan pelayanan dengan hati juga penting untuk mencapai kesehatan yang ideal,” ujar Nano.
Sejalan dengan Nano, Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPW PPNI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tri Prabowo, S.Kp., M.Sc menyatakan dengan adanya 82 ners baru ini nantinya dapat membantu mengatasi permasalahan kesehatan di Indonesia. Selain itu, saat ini ners baru Angkatan 31 yang dilahirkan oleh UMY dikatakan oleh Tri sudah menyandang gelar sebagai perawat profesional. Dengan demikian, tuntutan dan tanggung jawab juga akan semakin besar.
“Melalui penyebutan sumpah profesi yang sudah dilakukan tadi, maka kalian sudah menyandang sebutan ners sekaligus sebutan sebagai perawat profesional. Dengan demikian, tanggung jawab yang dipikul akan semakin besar, sebab selain dituntut untuk menunjukkan kemampuan pengetahuan ataupun teknik, juga dituntut untuk bisa menjadi role model bagi perawat lain,” pungkas Tri.
Tri menyebutkan, sumpah perawat di Indonesia merupakan sumber nilai moral di dalam praktik keperawatan yang dilaksanakan oleh setiap perawat. Sumpah tersebut menjadi satu hal yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pemberian asuhan. Sebagaimana disampaikan Tri hal tersebut disebabkan karena sumpah yang diucapkan merupakan janji seorang perawat terhadap dirinya kepada Tuhan, bangsa, dan negara.
Ketua DPW PPNI DIY ini pun mengingatkan bahwa keperawatan di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat. Dengan adanya hal tersebut, ia berharap 82 ners baru ini akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi sebagai bentuk partisipasi dalam meningkatkan kualitas kesehatan di Indonesia. (NF)