Sebagai Negara yang dikenal dengan Negara Maritim yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau, Indonesia dinilai belum memanfaatkan kekayaan lautnya secara maksimal.
Demikian disampaikan Afrizal Firman, mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HI UMY) setelah mengikuti Diskusi Regional ASEAN, Australia, dan New Zealand dalam Trade, Tourism, and Investment (TTI) Forum di Arena Pekan Raya Jakarta Internasional Expo 14-15 Oktober 2010 bersama rekannya, Syarif Redha Fachmi A. TTI merupakan sub-agenda dari Trade Expo Indonesia ke-25 yang diadakan Badan Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Indonesia.
Menurutnya, Indonesia memiliki laut seluas 5,8 juta km/persegi dan merupakan tiga kali lebih luas dari daratan yang hanya 1,9 juta km/persegi. “Dengan kondisi tersebut, sudah seharusnya pemerintah benar-benar memerhatikan potensi laut negeri ini,” jelasnya di Kampus Terpadu UMY, Rabu (20/10). Lebih lanjut Afrizal mengungkapkan jika program pengelolaan berkelanjutan mengenai potensi hasil laut menjadi harga mati bagi Indonesia sehingga posisi Indonesia di dunia perdagangan semakin diperhitungkan dalam beberapa tahun mendatang.
Namun, Afrizal mengakui luasnya wilayah laut tersebut belum mampu memaksimalkan manfaat potensi kelautan Indonesia saat ini. “Dari data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan pemanfaatan potensi laut di Indonesia baru mencapai 48% dari potensi hasil laut Indonesia sebesar 6,7 juta ton jika dimanfaatkan secara keseluruhan,” jelasnya.
Ia menambahkan, selama ini pemerintah lebih memerhatikan komoditas unggulan hasil ekspor Indonesia yang berada di daratan. Data tahun 2009 pun menunjukkan produk seperti mebel, tekstil, sepatu, kakao, dan elektronik lebih mengalami peningkatan dibanding dengan produk hasil produk laut. “Hanya udang sebagai potensi hasil laut yang cukup mengalami peningkatan dalam ekspor Indonesia,” imbuh Afrizal.
Ia juga mencontohkan dari 1,6 juta ton potensi hasil laut Maluku yang bisa dimanfaatkan, baru sekitar 300 ribu ton yang terolah. “Padahal 92% wilayah Maluku adalah laut mengingat pulau ini memiliki luas wilayah sebesar 712.480 km/persegi dimana 658. 295 km/persegi nya adalah laut,” terang Afrizal.
Keterlibatannya dalam forum tersebut, diakui Afrizal, karena poin mengenai potensi kelautan menjadi salah satu bahasan utama dalam forum internasional. “Menjaga, mengolah dan melestarikan hasil laut adalah misi yang saya bawa dalam forum ini” urainya.
Diskusi Regional TTI ini sendiri diisi pembicara dari para Duta Besar, Atase perdagangan dan Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), dan perwakilan RI di luar negeri (ASEAN dan New Zealand, Asia non ASEAN, Timur Tengah, Eropa Bagian Timur, Eropa Bagian Barat, Amerika Bagian Utara dan Tengah, Amerika Bagian Selatan dan Afrika) dan dihadiri oleh para eksportir sebanyak 4,407 orang dari 84 negara dan masyarakat umum serta mahasiswa.