4 orang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil memenangkan Rocket Pitching Festival dalam rangka Singapore Polytechnic Entrepreneurship EDucation Fest 2018 di Singapore Polythecnic baru – baru ini. Tim Moobrix menciptkan karya berupa Batu Bata MooBrix yang berasal dari kotoran sapi. Dengan karya tersebut, kelompok yang beranggotakan Muhamad Agung As’ari selaku ketua tim, bersama anggotanya Yudani Alamsyah Harahap, Nurhalizah Agustina, dan Tiara Cahya Atikasari berhasil menyingkirkan 300 orang peserta lainnya yang berasal dari berbagai negara.
Tiara Cahya Atikasari menjelaskan bahwa ide pembuatan batu bata ini muncul ketika mereka melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersama dengan Singapore Polytecnic yang mengharuskan mereka untuk menyelesaikan masalah di lokasi KKN mereka. Menumpuknya kotoran sapi menjadi masalah utama yang mereka selesaikan, karena penggunaan limbah tersebut baru mencapai 20 persen saja yang digunakan sebagai biogas dan pupuk kandang. Sedangkan sisanya hanya menumpuk dan dapat mencemari lingkungan serta meningkatkan Global Warming.
“Kami berupaya untuk memberikan solusi atas permasalahan lingkungan, salah satunya dengan menggunakan limbah sapi menjadi barang yang memiliki nilai jual dan fungsi yang bagus, yaitu batu bata,” ujarnya saat dihubungi Biro Humas dan Protokol UMY melalui pesan suara pada Sabtu (24/11).
Batu bata MooBrix yang berbahan baku dari kotoran sapi dan tanah liat ini memiliki beberapa keunggulan dari pada batu bata pada umumnya. Keunggulannya yaitu 20 persen lebih ringan, 20 persen lebih kuat, dimensi batu bata pun lebih lebar dari biasannya sebesar 23cm x 11,5cm serta lebar 6cm namun tetap mudah untuk digenggam, dan yang paling penting adalah batu bata yang dihasilkan Tim Moobrix sangat ramah lingkungan.
Kemudian Tiara pun menambahkan bahwa pengerjaan batu bata ini menjalin kerjasama dengan pengrajin batu bata di Kelurahan Bangunjiwo, Kabupaten Bantul untuk tetap memproduksi batu bata secara rutin. Lalu, untuk pemasok kotoran sapi, mereka sudah memiliki mitra yang berasal dari 3 dusun di Kelurahan Bangunjiwo, yaitu Dusun Srunen, Kalitengah Lor, dan Kalitengah Kidul. “Sebagai bentuk perhatian kepada warga lokal, kami menjalin kerjasama dalam mengerjakan batu bata,” imbuhnya.
Karena batu bata MooBrix sudah menerima banyak tawaran dari investor asing maupun lokal, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Tiara dan rekan – rekannya adalah mendapatkan lisensi Standar Nasional Indonesia (SNI). Dengan didapatkannya lisensi SNI, maka kualitas dari MooBrix akan sesuai dengan standar di Indonesia dan bisa digunakan dalam pembangunan rumah atau bangunan lainnya.(ak)