Berita

Kurangi Kemiskinan, Masyarakat harus Diberdayakan

Usaha yang harus dilakukan dalam rangka pengentasan kemiskinan di Bantul adalah dengan menerapkan ekonomi kerakyatan. Salah satu upaya penggalakan ekonomi kerakyatan dengan cara memberdayakan masyarakat. Pemberdayaan berarti mengurangi beban masyarakat. Masyarakat bisa bekerja dengan kompetensi mereka masing-masing. Pemberdayaan ini hendaknya di mulai dari desa karena desa merupakan fondasi awal untuk membangun. Notoprojo mbangun deso, pembangunan harus dimulai dari desa.

Usaha yang harus dilakukan dalam rangka pengentasan kemiskinan di Bantul adalah dengan menerapkan ekonomi kerakyatan.  Salah satu upaya penggalakan ekonomi kerakyatan dengan cara memberdayakan masyarakat. Pemberdayaan berarti mengurangi beban masyarakat. Masyarakat bisa bekerja dengan kompetensi mereka masing-masing. Pemberdayaan ini hendaknya di mulai dari desa karena desa merupakan fondasi awal untuk membangun. Notoprojo mbangun deso, pembangunan harus dimulai dari desa.

Demikian diungkapkan oleh H. Sukardiyono, SH calon bupati Bantul periode 2010-2015 dalam diskusi aktual dengan tema membangun perekonomian Bantul dengan menghadirkan para pembicara yakni calon bupati bantuk periode 2010-2015 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HIMIE UMY) bertempat di Kampus Terpadu UMY, Selasa (4/3).

Diskusi yang pandu oleh Ernal Rossa S.Pt ini membahas tentang bagaimana strategi calon bupati tersebut untuk meningkatkan perekonomian terutama dalam mereduksi angka kemiskinan di Bantul. Menurut Sukardiyono, calon bupati yang juga menjadi pembicara dalam diskusi tersebut saat ini ada 49.150 dari 280.000 an kepala keluarga yang tergolong  dalam keluarga miskin. “Hampir mencapai 20%  keluarga di Bantul tergolong miskin,”paparnya. .

Membentuk kompentensi masyarakat, khususnya angkatan muda lulusan SMA dan SMK merupakan PR besar bagi pemerintah. Menurut Sukardiyono, membentuk kompetensi masyarakat agar siap diturunkan ke dunia kerja bisa dengan melakukan pelatihan kompetensi melalui dinas sosial terkait pengembangan ketrampilan seperti kerajinan, montir, menjahit, dan menstimulus masyarakat untuk berwirausaha. “Selama ini pelatihan-pelatihan terhadap masyarakat khususnya angkatan muda tidak terlaksana dengan maksimal.”ungkapnya. Kemudian, untuk meminimalisir jumlah pengangguran di Bantul,  selain berwirausaha, masyarakat yang sudah terbentuk kompetensi melalui pelatihan tersebut harus diberikan lapangan pekerjaan.

Komposisi mata pencaharian masyarakat Bantul yang terdiri dari 50% petani, 18% pengrajin, dan 15% pedagang di pasar tradisional, Sukardiyono melihat memang perlu perhatian pada bidang-bidang ini. Untuk di bidang pertanian Sukardiyono melihat bahawa petani perlu di bentuk dalam kelompok-kelompok tani dimana kelompok tani ini bisa menjadi sebuah wadah bagi para petani untuk sharing tentang masalah pertanian. Petani juga harus mendapat subsidi pupuk agar bisa lebih produktif terutama menghadapi persaingan produk pertanian dalam ACFTA.  Begitu juga dengan kerajinan yang lebih sering menjadi komoditas Ekspor perlu mendapat insentif khusus. “Pemerintah harus bisa melepaskan para pengrajin ini dari jeratan para rentenir, namun para pengrajin ini hendaknya mendapat pinjaman dari Bank dengan urusan adminstrasi yang tidak berbelit-belit, begitu juga dengan pedagang tradisional”urainya.

Sukardiyono juga melihat bahwa Bantul harus cukup selektif dengan investasi, baik investasi dalam negeri maupun asing. Menurutnya, investasi yang masuk ke Bantul harus bisa mensejahterakan Rakyat bantul. “Kalau ada investasi di Bantul maka para pekerjanya harus masyarakat Bantul, sehingga investasi benar-benar memiliki efek menguntungkan bagi masyarakat Bantul,”tandasnya.

Diskusi aktual ini harusnya dihadiri oleh ketiga calon Bupati Bantul periode 2010-2015. Namun hanya hadir calon bupati H. Sukardiyono, SH sedangkan dua calon lain yakni Kardono-Ibnu Kadarmanto, dan Sri Suryawidati-Sumarno tidak dapat hadir. “Kedua calon yang lain berhalangan hadir karena ada acara mendadak,”ungkap Nugroho Jojo Prasetyo selaku ketua panitia dalam kata sambutannya di awal acara, Selasa (4/5). Nugroho juga menekankan bahwa diskusi aktual ini bukan merupakan ajang kampanye namun merupakan sebuah diskusi terbuka agar mahasiswa dan juga masyarakat yang hadir dalam diskusi tersebut memahami sejauh mana rencana strategi para calon bupati untuk memajukan perekonomian Bantul.