Berita

Kurangi Resiko Pasca Bencana, UMY Adakan Baksos Bagi Korban Lahar Dingin

Januari lalu, 50 rumah di bantaran Sungai Putih di Kecamatan Ngluwar hilang terseret longsoran karena derasnya arus terusan lahar dingin Merapi. 37 rumah di antaranya dimiliki warga Dusun Blongkeng 1, sedangkan 23 rumah lainnya di Dusun Karangasem. Sebagai lembaga pendidikan tinggi terdidik, universitas dituntut untuk berperan dalam mengurangi resiko pasca bencana seperti ini.

Demikian disampaikan Ketua Pusat Studi Lingkungan dan Bencana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSLB UMY), Dr. Jazaul Ikhsan, ST., MT., di sela-sela Bakti Sosial, Pembagian Sembako Gratis dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis dalam rangka Milad ke-31 UMY Minggu (11/3) di SDN Blongkeng 1, Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar, Magelang. Menurutnya, UMY berupaya menangkap peluang musibah sehingga dapat mengimplementasikan 2 fungsi universitas dalam pengabdian masyarakat, yaitu kesehatan dan edukasi.

Jazaul menjelaskan, selain membagi sembako kepada 208 kepala keluarga kedua dusun, UMY memberikan pemeriksaan kesehatan gratis sebagai fungsi kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini melibatkan 30 mahasiswa kedokteran UMY yang tergabung dalam Tim Bantuan Medis As-Syifa Emergency Rescue Team (TBM Alert) UMY. “Mereka melakukan pemeriksaan, pengobatan dini, konsultasi hingga rujukan penanganan selanjutnya”, terangnya.

Fungsi pendidikan, menurut Jazaul diberikan dalam bentuk penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan tersebut berupa pendidikan mengenai penyakit yang sering terjadi di masyarakat seperti alergi dan luka bakar. “Sementara anak-anak juga diberikan penyuluhan cara hidup sehat sekaligus dalam upaya mengurangi trauma yang dihadapi mereka pasca bencana yang terjadi”, jelasnya.

Jazaul juga menjelaskan bahwa Baksos ini menjadi poin awal dalam upaya penanganan yang dilakukan UMY di daerah ini. Akan ada upaya yang dilakukan PSLB UMY dibantu pihak lain untuk mengadakan program yang berkesinambungan. “Rencana-rencana yang sudah dikomunikasikan misalnya program pendampingan secara ekonomi, kesehatan, hingga psikologi. Bisa berupa KKN, ikut andil dalam rencana pembangungan hunian tetap bagi para korban, bahkan menjadikan daerah tersebut menjadi desa binaan UMY.”

Pasca bencana longsornya tanah akibat lahar dingin Merapi, kondisi para korban memang cukup memprihatinkan. Menurut Kepala Dusun Karangasem, Muhaimin, puluhan jiwa yang rumahnya terbawa longsor saat ini terpaksa mengungsi di Balai Desa Blongkeng. Mereka akan terus mengungsi di Balai Desa tersebut hingga ada kepastian pembangungan hunian tetap. “Kondisi lain yang memprihatinkan adalah terputusnya jembatan penghubung di daerah tersebut. Akibatnya, anak-anak harus berjalan hingga 2 km untuk sampai ke SDN Blongkeng 1 ini”

Muhaimin menuturkan, selain upaya pemeriksaan kesehatan dan pendampingan psikologis yang dibutuhkan di daerah ini, bantuan alat komunikasi juga sangat dibutuhkan. Alat komunikasi seperti handy talky disebut Muhaimin dibutuhkan untuk secara cepat memperoleh informasi kondisi arus lahar dingin. “Dengan begitu, warga dapat lebih tanggap mengantisipasi kondisi yang dikhawatirkan terjadi di daerah ini. Selama ini, terlambatnya informasi menjadi kendala”, akhirnya.