Berita

Lakukan Pengelolaan Sampah Mandiri, UMY Terima Kunjungan dari BBWS Serayu Opak

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai institusi pendidikan yang dikenal memiliki program Green Campus dan kepeduliannya terhadap permasalahan sampah di Yogyakarta menerima kunjungan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, Ngentak, Caturtunggal, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Rabu (08/01). Merujuk pada penerapan Peraturan Daerah (Perda) Bupati Sleman No. 6 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, kunjungan ini bertujuan untuk studi tiru dalam pelaksanaan pengolahan sampah mandiri yang telah diterapkan oleh UMY.

Pasalnya sebagai salah satu dari satuan kerja Kementerian Pekerjaan Umum (PU), BBWS Serayu Opak juga memiliki tupoksi untuk mengelola Rumah Susun Aparatur Sipil Negara Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (Rusun ASN PUPR BBWS Serayu Opak), begitu juga dengan pengelolaan sampahnya.

“Terkait dengan pengelolaan sampah, BBWS Serayu Opak menyadari bahwa hingga saat ini belum ada pengelolaan sampah secara mandiri dan tertata. Teman – teman pengelola sendiri masih merasa kesulitan untuk melakukan pengelolaan sampah, bahkan pemisahan antara sampah organik dan anorganik juga belum dilakukan. Dari permasalahan sampah yang ada di Yogyakarta belakangan ini seperti ditutupnya TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) menjadi alasan bagi BBWS Serayu Opak untuk segera melakukan pengelolaan sampah secara mandiri,” jelas Kepala Biro Umum UMY, Sugiyanto.

Sebagaimana yang dipaparkan oleh Kepala Bagian Umum dan Tata Usaha BBWS Serayu Opak, Drs. Ade Satyadharma, M. Si yang juga memimpin rombongannya, bahwa UMY dipilih menjadi tempat studi tiru pengolahan sampah mandiri karena dinilai sebagai salah satu institusi pendidikan di Yogyakarta yang mempunyai sistem, strategi, dan penggunaan teknologi pengolahan sampah terbaik.

Dalam kesempatan tersebut, Rudy Suryanto, S.E., M.Acc., Ph.D., Ak., CA selaku Wakil Rektor bidang Keuangan dan Aset UMY turut menjelaskan program kampus muda mendunia dalam meminimalisir sampah atau zero waste dimana sampah yang berada di UMY tidak dibuang tetapi dipilah dan diolah.

“Kami melakukan program ini dengan menyelesaikan permasalahan yang ada di ‘hulu’ atau sumbernya terlebih dahulu. Kemudian karena UMY merupakan kampus yang rimbun sehingga menghasilkan sampah daun yang banyak, maka kami olah sampah tersebut menjadi produk pupuk organik. Pupuk ini nantinya dapat digunakan di lahan pertanian sayur dan buah milik UMY. Hasilnya akan kita konsumsi sendiri, sehingga harapannya UMY menjadi sirkuler. Apa yang kita tanam itu adalah yang kita makan dan apa yang kita makan itu ialah apa yang kita tanam,” ujarnya.

Berkaitan dengan pengolahan sampah anorganik, dijelaskan penanganan UMY dalam mengatasi hal tersebut dengan adanya teknologi atau alat yang disebut Incinerator (alat pembakaran sampah dengan suhu tinggi). Dimana asapnya akan disalurkan ke air sehingga tidak akan menimbulkan polusi udara.

“Sementara sampah makanan atau sampah basah, juga bisa dikelola untuk bahan makanan maggot. Dengan demikian, secara praktis dari beberapa sumber tersebut hampir tidak ada yang dibuang dan justru dimanfaatkan sebagai produk,” tutup Rudy. (NF)