Berita

Lawan Diskriminasi Terhadap ODHA, MMSA UMY Lakukan Sharing Bersama

Virus imunodefisiensi manusia (human immunodeficiency virus; HIV) merupakan virus penyebab penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan menimbulkan sekumpulan gejala dan infeksi pada penderitanya. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui SIHA (Sistem Informasi HIV AIDS), terdapat 48.300 kasus HIV yang dilaporkan per Desember 2017 dimana 723 kasus diantaranya terjadi di wilayah D.I. Yogyakarta. Menanggapi fenomena tersebut beragam respon di berikan oleh warga terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA), baik negatif dan positif. Untuk memberikan wawasan lebih luas terhadap HIV/AIDS dan ODHA bagi mahasiswa prodi Kedokteran, Muhammadiyah Medical Student Activities (MMSA) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melakukan sesi sharing dengan ODHA di Lembaga Sosial Masyarakat Kebaya pada hari Minggu (2/12).

Acara yang bertajuk Be Aware and Do HIV Education (BRAVE) tersebut diselenggarakan sebagai bentuk partisipasi MMSA dalam merayakan Hari AIDS pada 1 Desember lalu. “Kegiatan ini kami adakan dengan tujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit tersebut, karena hingga saat ini masih banyak sekali stigma negatif yang disematkan kepada ODHA oleh masyarakat kita. Agenda ini berusaha untuk membuat kami lebih menguasai isu tersebut agar dapat memberikan kesadaran yang lebih baik kepada masyarakat dalam menyikapi ODHA,” ungkap Aditya Rahmat Zulfikar, mahasiswa Kedokteran 2016 selaku Ketua MMSA UMY.

Ir. Tri Kusuma Bawana, S.E., seorang Dokter yang bertugas di Puskesmas Gedong Tengen selaku pembicara menyebutkan bahwa mahasiswa harus menjadi orang yang paling paham mengenai isu HIV/AIDS. “Sebagai calon dokter, anda harus menjadi pihak yang paling mengerti untuk isu ini, karena banyak sekali petugas medis kita saat ini yang kurang pengetahuannya. Akibatnya mereka melakukan pelayanan yang terkesan diskriminatif dibandingkan dengan pelayanan untuk pasien normal, dan seringkali hal tersebut didasari oleh ketakutan yang berlebihan,” ujarnya.

Untuk isu penularan misalnya, Tri menyampaikan bahwa ada banyak sekali hoaks yang menyangkut hal tersebut. “Pendapat yang menyebar di masyarakat umumnya menunjukkan bahwa setiap kontak yang dilakukan dengan ODHA berpotensi menularkan virus HIV, padahal tidak. Perpindahan virus hanya terjadi apabila ada aktivitas yang memungkinkan berpindahnya cairan tubuh ODHA masuk ke tubuh lainnya, cairan tersebut adalah cairan mani atau vagina, darah dan air susu ibu. Selama tidak ada kontak dengan substansi tersebut maka tidak akan tertular, dan untuk menularkannya juga tidak mudah karena memerlukan kontak langsung seperti melalui seks, persalinan, kegiatan menyusui, transfusi darah atau pun penggunaan jarum yang terinfeksi,” jelas Tri.

Tri menyampaikan bahwa para mahasiswa selain perlu memahami penyakit tersebut juga harus paham untuk menangani fenomena sosialnya. “Selain melawan stigma negatif masyarakat atas ODHA dengan edukasi, kalian juga perlu memperhatikan kondisi pasien ODHA. Terlebih untuk psikis, karena mereka akan cenderung lebih mudah mengalami stress dan untuk ODHA, stress bisa jadi pembunuh bagi mereka. Untuk itu kalian harus mampu mendorong ODHA agar tetap bersemangat dan optimis dalam menjalani hidup dan mengobati dirinya,” tutupnya.