Legenda basket NBA, Rick Mahorn menyambangi Yogyakarta untuk memberikan coaching clinic kepada sejumlah pelajar dan penyandang cacat se-DIY dalam “Coaching Clinic and Fit Challenge Game: US Sportrs Envoy Program” Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) bersama American Corner Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Amcor UMY) yang diadakan di GOR Amongrogo, Senin (30/4). Selain Rick, Kedubes AS dan Amcor UMY juga menghadirkan Edna Campbell, legenda basket wanita AS di Women NBA.
Rick Mahorn adalah mantan pemain NBA yang mulai dikenal saat mengantar tim Detroit Pistons menjuarai NBA pada tahun 1989. Semenjak itu, selama 18 tahun ia memperkuat tim-tim basket NBA lain seperti Philadelpia 76ers dan New Jersey Nets. Di hadapan sekitar 20 personil Tim Basket UMY dan 60 siswa dari sekitar 25 SMA se-DIY, Rick melihat perkembangan kualiatas yang signifikan pada olahraga basket di Indonesia dan seleruh dunia.
“Dibanding era saya jumlah pebasket non-AS yang bermain NBA saat ini jauh lebih banyak. Tidak hanya dari Amerika Selatan dan Afrika, beberapa pemain seperti Yao Ming dan Jeremy Lin adalah pemain keturunan Asia yang bahkan jadi bintang NBA. Ini berarti olahraga basket saat ini semakin kompetitif dan menyebar luas ke penjuru dunia. Saya harap suatu saat ada pebasket Indonesia yang bermain di NBA”, ungkap pria yang saat ini melatih tim basket wanita Detroit Shock ini.
Sementara mantan pebasket wanita WNBA, Edna Campbell memberikan sejumlah motivasi bagi para calon pebasket di tersebut. Ia menceritakan bahwa untuk menjadi pemain yang terus berkembang ke level yang lebih tinggi, seorang pemain basket tidak seharusnya takut melakukan kesalahan dan terus mengambil pengetahun dari siapapun.
“Begitupun saat cidera. Saat tidak bisa bermain di lapangan, para pemain tetap bisa berada dalam tim dengan tetap merangkul setiap personil tim, bahkan memberikan pengaruh yang besar di luar lapangan” terang Edna menceritakan pengalamannya. Di AS, Edna memang dikenal sebagai simbol ketahanan melawan penyakit karena tetap bisa bermain basket hingga 9 tahun meskipun menderita penyakit kanker payudara.
Selain para pelajar SMA dan mahasiwa UMY, coaching clinic tersebut juga dihadiri para 15 pengguna kursi roda dari sejumlah SLB di DIY. Menurut Youth Outreach Specialist Kedubes AS Irmina Reniarti, para mereka adalah penyandang cacat yang selama ini dilatih oleh Kedubes AS bersama Pusat Rehabilitasi YAKKUM. “Selama 2 tahun mereka dilatih oleh para guru olahraga yang sebelumnya diberangkatkan ke AS untuk diberi pelatihan mengajar olahraga untuk para penyandang cacat” jelasnya.
Coaching Clinic ini menurut Irmina juga menjadi bagian dari upaya diplomasi olahraga yang dicanangkan Menlu AS, Hillary Clinton. “AS memang sedang berupaya menggunakan segala perangkat diplomasi, termasuk basket untuk mempererat hubungan dengan negara-negara. Selain di Indonesia, program serupa juga diadakan di sejumlah negara di dunia”, ujarnya.
Dalam pelatihan tersebut, Rick dan Edna juga dibantu beberapa pemain kompetisi basket lokal NBL yaitu pebasket dari tim Satria Muda, Satya Wacana Surakata, dan Sritex Dragon Solo. (fariz)