Selama ini materi pembelajaran di tingkat sekolah masih sangat sedikit yang mempelajari pengetahuan kesehatan dan obat-obatan. Peran profesi apoteker di masyarakat juga belum banyak terdengar dan masih kalah populer dibandingkan dengan profesi kesehatan lain seperti dokter dan perawat. Maka dari itu dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang terdiri dari Ingenida Hadning, M.Sc., Apt., Dr. Bangunawati Rahajeng, M.Si., Apt., dan M. Fariez Kurniawan, M.Farm., Apt., Pinasti Utami, M.Sc., Apt. melakukan kegiatan masyarakat tentang pengenalan profesi apoteker kepada siswa SMA di Kabupaten Bantul melalui lomba keterampilan kefarmasian.
Ingenida merasa pembinaan program pendidikan dan pelayanan kesehatan seharusnya dimulai di usia sekolah terutama di tingkat SMA. Contohnya sudah banyak ekstrakulikuler dokter kecil yang dimiliki oleh beberapa SMA di Kabupaten Bantul. Namun belum ditemukan kegiatan ekstrakulikuler apoteker cilik.
“Untuk menyempurnakan pembinaan pendidikan kesehatan dan pelayanan tersebut perlu adanya apoteker cilik yang nantinya bisa berdampingan dengan dokter kecil sehingga dapat menciptakan suasana sehat di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah. Peran dari apoteker cilik ini berguna mengenalkan kegiatan kefarmasian kepada siswa SMA. Selain itu juga berguna untuk melatih softskill dan menambah pengetahuan siswa SMA dalam dunia kefarmasian. Jadi kami berharap mereka paham dengan profesi apoteker,” papar Ingenida sebagai ketua pengabdian ini.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini bermitra dengan organisasi profesi Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia Kabupaten Bantul (PC IAI Bantul) dan Indonesia Young Pharmacist Groups DIY (IYPG DIY) dan sudah dilaksanakan di Kampus Terpadu UMY pada tanggal 27 April 2019. Dalam pelaksanaannya dibagi 3 jenis kegiatan, pertama adalah pengenalan pekerjaan apoteker di berbagai tempat kerja. Kedua adalah kunjungan ke laboratorium farmasi dan praktik pembuatan obat sederhana yaitu hand sanitizer. Ketiga adalah lomba cerdas cermat.
Terdapat 35 orang siswa dari 7 SMA di Kabupaten Bantul yang mengikuti lomba cerdas cermat ini. Mereka adalah SMA N 1 Bambanglipuro, SMA N 1 Bantul, SMA N 2 Bantul, SMA N 3 Bantul, SMK 1 Bantul, MAN 1 Bantul dan SMA N 1 Kasihan. Setelah melalui seleksi tertulis, terpilih 3 sekolah yang mendapatkan nilai tertinggi, yaitu SMA N 1 Bambanglipuro, SMA N 1 Bantul, dan SMA N 1 Kasihan. Dalam lomba cerdas cermat yang dilakukan, terpilih SMA N 1 Bantul sebagai juara 1, SMA N 1 Kasihan sebagai juara 2, dan SMA N 1 Bambanglipuro sebagai juara 3. Para juara memperoleh piala dan juga uang pembinaan.
Ada harapan besar bahwa pengabdian masyarakat ini dapat membawa manfaat yang besar bagi peserta dan profesi apoteker, agar semakin dikenal di generasi penerus bangsa. “Selama ini, Prodi Farmasi FKIK UMY, PC IAI Bantul dan IYPG DIY telah banyak melakukan kegiatan sosial dan juga aktif dalam memperkenalkan apoteker di DIY pada anak-anak usia TK dan SD. Namun kegiatan mengenalkan profesi apoteker kepada siswa SMA belum pernah dilakukan. Padahal tingkat kematangan siswa SMA untuk menyerap informasi sudah sangat baik,” imbuh Ingenida.
“Di samping itu, usia SMA adalah usia yang krusial bagi siswa untuk memutuskan akan menjalani profesi apa di kemudian hari. Sehingga, siswa SMA membutuhkan suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi mengenai profesi apoteker dan perannya di masyarakat. Diharapkan melalui acara ini, semakin banyak siswa SMA yang tertarik untuk melanjutkan kuliah di Prodi Farmasi untuk menjadi apoteker kelak di kemudian hari,” tutupnya. (Hbb)