Berita

Literasi Berbasis Tauhid, Kunci Wujudkan Pribadi yang Ihsan

Literasi sebagai perintah pertama dalam Islam telah menjadi dasar peradaban Islam. Melalui literasi, masyarakat Arab yang dulunya terbelakang dan berada dalam kebodohan berubah menjadi masyarakat yang maju, memiliki karakter yang kuat, bahkan menjadi pusat peradaban dunia. Namun, Dr. H. Agung Danarto, M.Ag., Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menegaskan bahwa dalam proses literasi, apapun ilmu yang dipelajari harus berbasis tauhid. Literasi berbasis tauhid inilah yang menjadi kunci dalam mewujudkan pribadi yang Ihsan.

“Jika tidak dibingkai dengan tauhid, maka tidak boleh mempelajarinya. Belajarlah apapun, namun atas nama Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu. Ketika ilmu dibingkai dengan nama Tuhan, maka ilmu itu akan menjadi berkah, bermanfaat, dan membuat orang yang mempelajarinya semakin bertambah keimanannya,” ujarnya dalam Pengajian Ramadan 1446 H bagi pejabat struktural dan dosen UMY dengan tema “Aktualisasi Gerakan Ilmu dan Amal untuk Mewujudkan Pribadi Ihsan,” pada Selasa (18/3) di Lantai Dasar Masjid K.H. Ahmad Dahlan UMY.

Agung juga menekankan bahwa literasi berbasis tauhid ini harus menjadi motivasi bagi para akademisi di perguruan tinggi bahwa Ilmu apapun boleh dipelajari, apalagi saat ini kondisi Islam tidak sedang menjadi pemimpin peradaban. Untuk dapat mengubahnya, maka perubahan karakter harus dilakukan secara serius, sebagaimana Nabi Muhammad SAW mengubah karakter masyarakat Arab jahiliyah yang terbelakang menjadi sangat maju.

“Yang pertama kali dilakukan untuk mengubah karakter masyarakat Arab adalah kebiasaan literasi yang dibingkai dengan tauhid. Inilah pondasi peradaban yang dibangun oleh Nabi,” tandasnya.

Ia pun menambahkan bahwa Muhammadiyah memiliki jargon ‘Islam Berkemajuan.’ Dikatakannya, dalam risalah Islam Berkemajuan, salah satu pondasinya adalah pondasi literasi. Sehingga masyarakat kampus seperti UMY memiliki tugas untuk menghidupkan tradisi budaya literasi di kalangan umat Islam, khususnya di Muhammadiyah.

“Terutama literasi terhadap perkembangan teknologi, terhadap peradaban mutakhir ini harus memiliki daya dorong untuk kemajuan peradaban bangsa kita,” tambah Agung.

Rektor UMY, Prof. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc., dalam sambutannya mengatakan bahwa tugas kampus, terutama dosen, adalah untuk mencari dan merumuskan pengetahuan baru. Biasanya, di kampus, hal ini dilakukan melalui riset dan penelitian.

Nurmandi mengatakan, salah satu ukuran dari produksi penelitian adalah output dalam bentuk jurnal ilmiah, terutama yang bereputasi internasional dan dalam bentuk paten. Baginya, semakin banyak ilmu pengetahuan yang diproduksi, semakin besar kontribusi yang diberikan.

“Universitas bukan hanya tempat belajar, tetapi juga kumpulan manusia yang memproduksi pengetahuan baru sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing,” jelasnya.

Ia pun berharap agar pengajian ini dapat menjadi sarana bagi para dosen untuk terus meneliti dan menggali ilmu pengetahuan baru, sehingga UMY akan dikenal sebagai universitas yang memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. (Mut)