Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memiliki misi untuk mendidik dan mengembangkan masyarakat secara profesional agar mereka mampu menyejahterakan kehidupannya. Dalam menjalankan misi tersebut, UMY melakukan berbagai skema seperti program pendampingan dan pelatihan yang secara langsung terjun ke tengah masyarakat. Untuk menghasilkan program yang mampu memajukan dan menaikkan taraf hidup serta kompetensi masyarakat, LP3M (Lembaga Penilitian, Publikasi & Pengabdian Masyarakat) UMY mengadakan ABDIMAS Camp: Lokakarya Penyusunan Proposal ABDIMAS yang Kompetitif, Inovatif & Dibutuhkan Masyarakat. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu (24/11) di Hotel Cavinton Yogyakarta.
Dalam pembukaan yang disampaikan oleh Wakil Rektor I Bidang Akdemik, Dr. Sukamta, S.T., M.T., UMY menargetkan ada peningkatan dalam proposal kegiatan pengabdian masyarakat yang diajukan. “Lokakarya ini dilaksanakan agar perancangan proposal untuk program pengabdian masyarakat sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kami menargetkan 312 proposal kegiatan yang akan diajukan melalui skema internal dan paling tidak 100 proposal untuk skema eksternal melalui pendanaan Dikti. Skema eksternal sendiri akan kami ajukan di awal Februari atau Maret tahun depan,” ungkapnya.
Prof. Dr. Okid Parama Astirin, M.S., Reviewer Nasional Dikti, selaku narasumber menyampaikan bahwa terdapat banyak proposal pengabdian masyarakat yang bagus diajukan ke Dikti, namun malah kemudian ditolak pendanaannya. “Hal tersebut terjadi diantara lain akibat rancangan program yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau akibat tidak ada sinergi lintas disiplin. Karena itu program pengabdian saat ini dirancang lebih rigid dan tidak lagi selonggar sebelumnya agar program yang diajukan dapat benar dimanfaatkan oleh masyarakat. Perancangan proposal program untuk kegiatan ini harus sesuai dengan prinsip dasar yang sudah ditetapkan. Ini agar proposal yang anda ajukan dapat lulus seleksi administrasi dan diterapkan di masyarakat,” ujarnya.
“Proposal pengabdian masyarakat yang akan diajukan sebaiknya berbasis kewilayahan supaya anda fokus mengembangkan masyarakat di wilayah sekitar terlebih dahulu. Selanjutnya program yang akan dilakukan harus berdasarkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat setempat. Ada banyak sekali program yang terlihat apik di atas kertas namun harus kami tolak karena ternyata tidak sesuai dengan potensi masyarakat target,” ungkap Okid.
Okid juga menyampaikan bahwa program pengabdian harus bersinergi lintas akademis dan bermitra dengan institusi pendidikan lainnya. “Program pengabdian harus dilakukan lintas akademis supaya transfer ilmu yang terjadi antara dosen dan masyarakat dapat lebih kompleks dan melengkapi. Misal untuk program pelatihan kewirausahaan, selain melibatkan dosen dengan kompetensi pengolahan produk juga harus melibatkan dosen yang menguasai bidang pemasaran. Hal tersebut agar kompetensi yang dimiliki masyarakat lengkap dan mereka memiliki kemampuan untuk melanjutkan kegiatan tersebut secara mandiri,” ungkapnya lagi.
“Kemudian program juga harus bermitra dengan instasi pendidikan lainnya apabila berada dalam wilayah 200 km dari homebase institusi anda. Namun apabila target wilayah ternyata sangat jauh seperti misalnya di luar pulau, maka itu bisa kita fasilitasi untuk bermitra dengan institusi pendidikan terdekat dari lokasi,” papar Okid.
Kepala LP3M menyampaikan bahwa Dengan diadakannya lokakarya tersebut diharapkan UMY dapat memberikan program yang diterima oleh dikti dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. “Berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan oleh Kemenristekdikti, UMY saat ini berada di posisi memuaskan. Penilaian dilakukan dengan mengukur kinerja program yang telah diajukan. Ini yg berusaha kami dongkrak menjadi lebih baik lagi, dan target kami adalah mencapai posisi unggul,” ujar Gatot. (raditia)