Pasca kejadian meninggalnya mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berinisial SMQ (18) yang jatuh dari lantai empat gedung University Residence (Unires) UMY pada Senin pagi 2 oktober lalu, Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA) UMY dengan cepat merespons dan mengambil langkah-langkah tanggap darurat. Langkah yang dilakukan adalah dengan memberikan pendampingan psikologis bagi mahasiswi dan pendamping unires putri.
Muhammad Arif Rizqi, S.Psi., M.Psi., selaku Kepala Divisi Konseling dan Kesejahteraan Mahasiswa, LPKA UMY mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan pembina dan pengelola Unires untuk dapat memberikan dukungan berupa pendampingan psikologis. Pendampingan psikologis tersebut telah dilakukan pertama kali pada Selasa malam (3/9) kepada 150 orang yang tinggal di Unires Putri dengan memetakan kategori yang perlu diprioritaskan. Pendampingan tersebut juga direncanakan akan terus dilakukan hingga dua minggu ke depan.
“Ada dua kategori, yang kami sebut ring 1 dan ring 2. Ring 1 yang memang terdampak cukup signifikan, yaitu teman sekamar, satu lorong dan satu jamaah dengan korban. Kemudian ring 2 yang memang mereka mengetahui tapi masih dalam kondisi yang belum terlalu terdampak, tapi tetap kami berikan pendampingan, ” ujar Arif saat ditemui di ruang LPKA UMY Rabu (4/10).
Menurutnya, pendampingan psikologis tersebut dimulai dari kategori ring 1 yang memang menunjukkan gejala klinis yang cukup berat termasuk juga kepada pendamping asrama yang beberapa diantaranya terdampak secara emosional karena mengenal dan mendampingi korban selama proses di unires.
“Setelah itu dilanjutkan dengan memberikan pendampingan psikologis kepada kelompok ring 2 dengan memberikan motivasi, mengajak mereka agar lebih berfokus, kemudian kami ajarkan juga teknik stabilisasi emosi dengan relaksasi pernafasan, ” imbuh Arif yang juga merupakan seorang Psikolog.
Selanjutnya, LPKA UMY membagi kelompok ring 1 menjadi ring 1a dan ring 1b, masing-masing didampingi oleh konselor dengan metode group therapy. Pendampingan ini dilakukan dengan tujuan memberikan dukungan emosional kepada mereka yang sangat dekat dengan korban.
Arif pun menjelaskan bahwa hasil screening psikologis yang dilakukan oleh konselor UMY menunjukkan bahwa mahasiswa dan pendamping asrama dinilai sangat membutuhkan pendampingan khusus. “Karena saya melihat banyak emosi-emosi yang muncul, di akhir bahkan ada yang cukup lama butuh physical touching, dipeluk oleh konselornya cukup lama. Itu menandakan bahwa mereka sangat butuh dukungan dan alhamdulilah mereka juga terbuka untuk bercerita, ” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa LPKA UMY telah melakukan evaluasi dan menyusun program pendampingan lanjutan bagi pendamping senior dan asisten pendamping senior di Unires Putri. “Kami latih mereka untuk bisa memberikan bantuan psikologis sehingga diharapkan para pendamping ini akan mampu memberikan pendampingan kepada mahasiswi yang tinggal di asrama unires karena mereka yang tiap hari bersama,” tandasnya.
Selain itu, LPKA UMY juga melibatkan pendampingan dari konselor sebaya dan akan melakukan screening psikologis yang komprehensif untuk semua mahasiswa Unires dan mahasiswa UMY secara umum sebagai tindakan preventif.
LPKA UMY mendorong mahasiswa untuk bersama-sama mengatasi situasi ini dengan kebersamaan dan optimisme. Arif mengimbau kepada mahasiswa untuk lebih sadar terhadap kondisinya dan teman-temannya dengan memanfaatkan layanan konseling yang tersedia di UMY. Dalam menghadapi situasi ini ia berharap untuk saling mendukung dan bersatu.
“Mudah-mudahan semua pihak bisa menyikapi kejadian ini dengan bijak berkomentar, dan memberikan respon, karena semangat kita dengan kejadian ini adalah semangat untuk bersatu. Bukan semangat untuk mencari siapa yang salah, bukan semangat untuk saling memojokkan, tapi dengan ayo bareng-bareng. Dengan kejadian ini kita bisa semakin bersatu,” Pungkas Arif. (mut)