Berita

LPM UMY Kulik Esensi Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan di Sibolga

Membangun masyarakat yang mandiri ternyata bukan sekadar menjalankan program semata, melainkan butuh proses panjang dan pendampingan yang berkelanjutan. Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berkesempatan untuk mengulik esensi dari pemberdayaan masyarakat berkelanjutan.

Hal ini terungkap dalam kuliah tamu yang digelar Hari Jumat lalu (27/12) yang diadakan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah (STITM) Sibolga, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Rabu. Seluruh mahasiswa STITM berkesempatan mendalami konsep dan teknik fasilitasi pemberdayaan masyarakat langsung dari pakar pemberdayaan UMY, Dr. Aris Slamet Widodo, dosen Agribisnis sekaligus Kepala Divisi Pengabdian Mahasiswa UMY.

Dalam paparannya Aris menekankan paradigma baru dalam memahami pemberdayaan masyarakat tidak hanya sekadar kegiatan semata melainkan sebuah proses yang butuh pendampingan. “Pemberdayaan bukanlah sekadar event atau kegiatan sesaat, melainkan sebuah proses berkelanjutan yang membutuhkan pendampingan intensif,” papar Aris.

Aris menegaskan bahwa esensi pemberdayaan terletak pada transformasi perilaku yang bermuara pada terbentuknya kemandirian masyarakat, apalagi bagi daerah pesisir dan maritim Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Tidak hanya memberikan bantuan berupa alat tetapi juga pelatihan serta proses pendampingan yang berkelanjutan kepada masyarakat.

“Potensi pesisir dan maritim yang melimpah di Sibolga perlu pendampingan berkelanjutan agar bisa optimal menopang kesejahteraan masyarakat. Di Sibolga ini, tidak cukup hanya memberikan bantuan alat tangkap kepada nelayan atau pelatihan pengolahan ikan kepada ibu-ibu. Yang lebih penting adalah proses pendampingan berkelanjutan sampai mereka benar-benar mandiri,” imbuh Aris.

Sementara itu Rektor STITM Sibolga, Uli Anto Hutagalung, M.MPd dalam sambutannya, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kuliah tamu ini. Mahasiswa sebagai agen perubahan harus memahami esensi pemberdayaan masyarakat. Ilmu pada kuliah tamu dapat menjadi bekal ke depannya.

“Mahasiswa STITM harus mampu menjadi agen perubahan yang memahami esensi pemberdayaan masyarakat. Ilmu yang didapat hari ini hendaknya menjadi bekal untuk mengabdi kepada masyarakat dengan pendekatan yang tepat dan berkelanjutan. Kita tidak hanya ingin menciptakan perubahan sesaat, tapi transformasi yang mengakar di masyarakat,” ujarnya.

Kuliah tamu ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa STITM dalam memahami pendekatan pemberdayaan masyarakat yang efektif. Materi yang disampaikan tidak hanya memperkaya wawasan teoritis, tetapi juga memberikan perspektif praktis tentang bagaimana menjalankan program pemberdayaan yang berkelanjutan dan berdampak nyata bagi masyarakat.

Kehadiran Dr. Aris Slamet Widodo dari UMY di STITM Sibolga juga memperkuat jejaring kerjasama antar institusi Muhammadiyah dalam pengembangan kapasitas mahasiswa dan pengabdian masyarakat. Kolaborasi semacam ini diharapkan dapat terus berlanjut untuk memperkuat peran perguruan tinggi Muhammadiyah dalam pembangunan masyarakat. (Ndrex)