Berita

Maba UMY 2016 Dikenalkan Pada KPK dan MDMC

IMG_8205

Masa Ta’aruf (mataf) merupakan masa pengenalan yang menjadi penanda dimulainya tahun ajaran baru di Universitas Muhamamdiyah Yogyakarta. Pada mataf kali ini, KPK dan MDMC hadir untuk memberikan semangat kepada para maba UMY.

Dari Komisi Pemberantasan Korupsi, hadir Budi Santoso, S.H., LLM sebagai perwakilan dari Direktorat PJKAKI KPK. Ia menjelaskan terkait tindak pidana rasua secara detil kepada para maba di Sportorium UMY pada Selasa (06/09). Dalam pemaparannya, Budi menyebutkan bahwa korupsi dikelompokkan dalam 7 kelompok kejahatan.

“Yang pertama, korupsi merupakan kegiatan yang merugikan negara. Kedua, suap menyuap. Ketiga adalah penyalahgunaan jabatan. Biasanya di sini kasusnya, para pelaku tindak korupsi menggunakan jabatan yang mereka sandang guna mencari keuntungan pribadi,” jelas Budi. Sedangkan kelompok lainnya disebut Budi antara lain seperti pemerasan, korupsi yang berhubungan dengan kecurangan, pengadaan, dan gratifikasi.

Selama menjalani tugasnya di KPK sejak tahun 2007 hingga sekarang, Budi juga menyebutkan bahwa orang melakukan korupsi dengan dua motif. Pertama karena kebutuhan, dimana sang pelaku melakukan tindak rasua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Contohnya adalah seperti pelayanan KTP, SIM, dan lain-lain. “Pelayanan seperti itu selalu dibilang gratis, tetapi faktanya kita selalu mengeluarkan uang. Perbuatan seperti itu karena para petugas merasa semata-mata gajinya tidak cukup,” terang Budi.

Budi juga menambahkan bahwa saat ini, sebanyak 1346 orang bekerja di bawah KPK. Ia mengakhiri dengan menyebutkan bahwa sejak KPK dibentuk pada tahun 2003, KPK telah menyelamatkan uang negara sebanyak 248 trilliun lebih.

Pemateri kedua adalah Rachmawati Hussein selaku wakil ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), yang memperkenalkan apa itu MDMC kepada para maba. Dalam materinya, ia juga mendorong para maba agar kedepannya dapat menjadi relawan MDMC.

“Di MDMC ada banyak relawan. Ada relawan sah, medis, psycosocial, dan bahkan ada relawan pijat. Saya harap dari teman-teman ini kedepannya dapat bergabung menjadi salah satu relawan di MDMC, karena akan dapat menambah pengalaman,” jelas Rachma.

Rachma juga menyemangati para maba agar dapat menjadi calon pemimpin, namun aktifitas akademis tidak cukup untuk mendukung terwujudnya impian tersebut. Rachma menyebutkan bahwa perlu adanya keseimbangan antara kegiatan di dalam kampus maupun kegiatan di luar kampus. “Kepemimpinan, pengetahuan dan pengalaman tidak hanya bisa didapat di kelas saja. Namun juga bisa di dapat diluar dengan mengikuti kegiatan-kegiatan non akademis,” tutup Rachma. (Deansa)