Berita

Magnetical Power Plant, Solusi Alternatif untuk Mengatasi Permasalahan Kelistrikan di Indonesia

8Pembangunan industri dan hunian di Indonesia diharapkan bisa menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan negara dalam sektor pembangunan. Pembangunan yang dilakukan ini merupakan pembangunan berskala besar yang memungkinkan Indonesia dapat memenuhi kebutuhan penduduk sekaligus meningkatkan perindustrian. Di sisi lain, dengan bertambahnya wilayah hunian dan industri di Indonesia ini secara tidak langsung akan mengarah kepada kebutuhan listrik yang semakin meningkat. Dengan konsumsi listrik di Indonesia yang begitu besar, maka bahan bakar yang dibutuhkan akan ikut bertambah. Sementara itu, sebagian besar pembangkit yang digunakan di Indonesia merupakan pembangkit yang bahan bakarnya tidak dapat diperbaharui.

Dalam menanggulangi masalah ini pemadaman listrik secara bergilir untuk penghematan daya menjadi solusi efektif yang diberikan oleh pemerintah. Namun solusi ini dipandang kurang tepat dikarenakan bersifat merugikan konsumen terutama pada industri rumah tangga dan hunian. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah solusi yang dapat menciptakan energi listrik dalam skala besar namun membutuhkan bahan bakar yang relatif kecil. Prihatin atas kondisi tersebut, mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) membuat rancangan solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan kelistrikan di Indonesia, dengan membuat rancangan Magnetical Power Plant. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Yugi Supanggah, salah satu penggagas rancangan Magnetical Power Plant ketika ditemui di BHP pada Jumat (2/10).

Magnetical Power Plant ini memanfaatkan hukum Effect Meissner. Effect meissner adalah efek yang ada dalam superkonduktor, yakni material yang memiliki resistansi nol pada suhu di bawah suhu kritisnya. “Konsep dari magnetical power plant ini adalah dengan menerapkan teori superkonduktor dalam menghasilkan energi mekanik sehingga dapat digunakan untuk memutar turbin. Dengan itu, tercipta energi listrik yang ramah lingkungan serta dapat mengurangi konsumsi bahan bakar fosil,” ungkapnya.

Ditambahkan Yugi, penambahan pembangkit listrik dengan sistem ini jauh lebih efektif dibandingkan dengan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil karena pembangkit ini tidak menggunakan bahan bakar fosil dan listrik yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia. “Magnetical power plant yang kami rancang ini memberikan pemahaman tentang perancangan mengenai pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan, selain itu rancangan program ini juga memberikan solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan kelistrikan Indonesia dengan lebih cepat, efektif, serta dalam skala besar,” tambahnya.

Sementara itu, Muhammad Adnan Syarief, salah satu anggota perancang magnetical power plant mengungkapkan, mekanisme kerja magnetical power plant itu sendiri terdiri dari manajemen pengelolaan dengan cara pembangkit ini nantinya akan ditempatkan pada titik-titik daerah yang mendukung. Daerah yang memiliki lahan luas dan daerah yang masih menggunakan PLTD dan PLTU (minyak dan batubara). “Kinerja dari Magnetical Power Plant ini dipantau langsung oleh bagian pemerintah yang berwenang. Sehingga, pembangkit ini akan terkontrol baik itu dari permasalahan teknis, kendala pengoperasian, kebutuhan masyarakat ataupun yang lainnya”, ungkapnya.

Ditambahkan Adnan, Prinsip kerja dari Magnetical Power Plant adalah dengan memanfaatkan gaya tarik menarik dan tolak menolak dari magnet superkonduktor. Ketika kutub selatan pada lintasan berpapasan dengan kutub selatan, maka akan terjadi gaya tolak menolak, begitu juga dengan kutub utara. Di waktu yang sama kutub utara dengan lintasan akan memiliki gaya tarik menarik dengan kutub selatan pemutar, sehingga pemutar akan bergerak maju. Pergerakan maju pada pemutar akan sesuai pada jalur lintasan yang telah dibuat sebelumnya. Pergerakan memutar ini yang akan dimanfaatkan untuk memutar turbin generator. Sehingga generator dapat menghasilkan energi listrik tanpa bahan bakar fosil. Kinerja pemutar akan efisien apabila resistansinya sama dengan nol. Untuk membuatnya, pemutar harus berada pada suhu kritis dengan memanfatkan nitrogen sebagai penurun suhu. “Magnetical Power Plant akan aman karena hanya menggunakan magnet permanen sebagai media untuk pembangkitan energi listrik. Sehingga akan sangat membantu pemerintah dalam menambah energi listrik dan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil,” jelas Adnan.

Gagasan yang dibuat oleh Yugi Supanggah, Bismar Ahmad Wafiq, dan Muhammad Adnan Syarief akan dilombakan dalam ajang PIMNAS ke 28, yang akan diselenggarakan pada tanggal 5-9 Oktober di Universitas Halu Oleo, Kendari. “Kami sebelumnya telah berhasil lolos dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Gagasan Tertulis bidang Artikel Ilmiah, yang merupakan kompetisi mahasiswa yang diselenggarakan oleh dikti (direktorat perguruan tinggi), dan kami berhak mewakili UMY dalam ajang PIMNAS kali ini bersama 4 tim lainnya, dan kami optimis dapat meraih hasil yang terbaik dalam PIMNAS tahun ini,” ucap Adnan. (adam)