Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menorehkan prestasi di tingkat Nasional. Para mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) yang juga tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) UMY ini, berhasil meraih kejuaraan pada kompetisi Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Nasional dalam acara Festival Seni Islam (FSI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta serta Gebyar Apresiasi Mahakarya (GAM) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dalam perlombaan bergengsi tingkat Nasional tersebut, UMY mengirimkan 5 peserta yang mewakili dua bidang perlombaan. Kedua bidang perlombaan tersebut yaitu Tilawatil Qur’an yang diwakili oleh Ahmad Nabil Mubarak dan Nida Aulia Rizki. Sedangkan bidang Syarhil diwakili oleh Sutan Kumala Pontas Nasution, Nur Raisah Ulinnuha, serta Qurrota Aini.
Dalam pemilihan para peserta tersebut, Ketua LPTQ UMY yang sekaligus official para peserta MTQ, Ary Asy’ari mengatakan, LPTQ merupakan wadah bagi mahasiswa UMY yang ingin mempelajari Al-Qur’an lebih dalam. Terlebih LPTQ UMY juga sering mengikutkansertakan mahasiswanya dalam lomba-lomba di tingkat lokal hingga internasional. “Dengan keikutsertaan kami pada lomba-lomba yang sering kami ikuti, kami jadi mengetahui potensi yang dimiliki oleh para anggota yang tergabung dalam UKM ini. Seperti mbak Ulin yang sering menjuarai lomba tilawatil Qur’an tingkat provinsi, serta Nabil yang kemampuannya tidak diragukan lagi,” ungkap Ary saat diwawancara di Biro Humas dan Protokol (BHP) UMY, Selasa (24/11).
Dalam perlombaan tersebut, Nabil berhasil memperoleh juara ke 2 bidang Tilawatil Qur’an dalam acara GAM yang diselenggarakan oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada 17 hingga 19 November 2015. Khusus untuk perlombaannya di UNJ tersebut, Nabil mengaku mengikuti perlombaan tersebut atas inisiatif sendiri, terlepas dari rombongannya yang mengikuti perlombaan di UIN Jakarta. “Pada perlombaan GAM di UNJ ini, saya ikut atas inisiatif sendiri tetapi tetap atas nama UMY, karena rombongan dari UMY hanya memfokuskan pada perlombaan di UIN Jakarta. Terlebih acara GAM tersebut diadakan sebelum perlombaan di UIN Jakarta dimulai. Mumpung hari Senin dan Selasanya saya libur kuliah, jadi saya ikut serta dalam perlombaan GAM tersebut. Dan Alhamdulillah mendapatkan juara 2 tingkat Nasional,”ungkap mahasiswa FAI angkatan 2014 tersebut saat diwawancara via telpon pada Selasa (24/11). Sementara juara pertama pada lomba GAM ini diraih oleh Khaeroni (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa/Untirta) Banten, juara kedua Ahmad Nabil Mubarak (UMY), dan juara ketiga Imam Abu Hafas (Untirta) Banten.
Kemudian pada perlombaan di ajang FSI UIN Jakarta selama empat hari yang diselenggarakan oleh Himpunan Qori dan Qori’ah Mahasiswa (HIQMA) pada 18 hingga 21 November, Nabil berhasil meraih juara 3 pada perlombaan Perang Bintang Tilawah Qur’an (PBTQ). Untuk mendapatkan juara tersebut, Nabil menjelaskan bahwa dirinya harus bisa memenuhi tiga kriteria penilaian. “Untuk kriteria penilaian tilawah sendiri mencakup tajwid dan fashahah yang merupakan penilaian tentang ketepatan bacaan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Poin ini merupakan yang paling penting. Setelah itu penilaian kedua tentang keindahan dan keharmonisan lagu serta kemerduan suara. Selanjutnya yaitu kesopanan dan keserasian yang mencakup sikap, dan kerapian cara berpakaian. Tapi saya hanya bisa menempati posisi ketiga, sedang posisi pertamanya diraih oleh Salman Amrillah dari UNINUS Bandung dan juara kedua Aan Suhandi dari IAIN SMH Banten,” jelas Nabil yang juga pernah menyabet juara delapan pada ajang tilawatil Qur’an Putra tingkat ASEAN tersebut.
Sementara itu, Tim Syarhil UMY yang diberi nama grup Fastabiqul Khairat UMY juga turut mendapatkan piala penghargaan rektorat dari UIN Jakarta pada posisi harapan kedua di bidang Syarhil. Seperti yang dijelaskan oleh Ulin, Syarhil tersebut merupakan perlombaan yang menjelaskan kandungan al-qur’an dengan tema yang telah ditentukan. “Tim Syarhil ini terdapat tiga orang yang terdiri dari tilawah, syarahah (penerjemah,red), dan pidato maupun penghayatan. Sedangkan yang bertindak sebagai tilawah saya sendiri (Ulin, red) dengan rincian penilaian yang harus didapat sebanyak 30 poin, sebagai syarahah yaitu Qurrota juga total poin 30, sedangkan inti dari Syarhil terdapat di isi atau pidato yaitu Sutan dengan 40 poin. Namun total poin yang bisa kami dapatkan hanya 87 poin,” ungkap Ulin saat ditemui beserta timnya di BHP UMY, Selasa (24/11) yang juga pernah meraih juara ke tujuh pada ajang Tilawatil Qur’an se- Asean.
Ulin juga menambahkan, bahwa pada perlombaan Syarhil ini ada delapan juara yang diambil. Juara pertama diraih oleh grup Maratuzakia dari IAIN Raden Fatah Lampung, juara kedua grup as-Shofa Iiq dari IIQ Jakarta, dan juara ketiga diraih grup Syafinatun Najah dari UKM JQH al-Mizan. “Kemudian untuk juara harapan pertamanya diraih oleh tim dari IAIN Raden Intan Lampung, harapan kedua diraih oleh grup kami dari UMY, harapan ketiga diraih oleh grup Asy-Syakir, harapan keempat grup Hasbana dari MA Zainul Hasan 1 Genggong Probolinggo Jawa Timur, dan harapan kelima grup Seni Religi dari Universitas Brawijaya,” imbuhnya.
Adapun tema Syarhil yang diambil oleh tim Fastabiqul Khairat UMY yaitu Membangun Kepribadian Bangsa dalam Perspektif Al-Qur’an. Seperti yang dijelaskan oleh Sutan, Al-Qur’an merupakan sumber utama untuk mengacu kekepribadian bangsa. “Dalam penjelasan terkait judul yang kami ambil tersebut, kami berpedoman pada Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 1 dan Surat Toha ayat 113,” jelas Sutan.
Dalam persiapan perlombaan tersebut, Tim Syarhil mengaku kurangnya persiapan dan tidak adanya pelatih Syarhil. Seperti yang diungkapkan oleh Sutan bahwa dalam persiapan menuju perlombaan jika dihitung hanya satu bulan, tetapi hanya tiga minggu benar-benar latihan tanpa pelatih. “Waktu latihan hanya sebentar, karena telat mendapatkan info. Saya yakin jika sebelum perlombaan kami lebih banyak latihan dan dibimbing oleh pelatih, Insyaallah pasti akan mendapatkan juara bahkan bisa mengalahkan Tim dari Institut Agama Islam Lampung, maupun Institut Ilmu Al-Qur’an. Kedua Universitas tersebut yang menjadi tantangan terberat bagi UMY, karena mereka sering mendapatkan juara dan mereka memang terbiasa dengan pengkajian Al-Qur’an,” ungkapnya lagi.
Sutan menambahkan terkait perlombaan Tilawatil Qur’an di UIN Jakarta (Nabil, red) mendapatkan juara 3 karena adanya kesalahan kecil namun sangat mempengaruhi poin. “Nabil dalam melantunkan Al-Qur’an sudah luar biasa. Jika tidak salah membaca bisa jadi mendapatkan Juara satu. Namun akibat salah baca tersebut, tiap juri mengurangi poin,” tambahnya. (hevi)