Sebagai bentuk pemahaman terhadap masyarakat mengenai film dokumenter dan aplikasi mata kuliah, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) membuat film dokumenter Arema “Agama Kedua’.
Menurut Line Producer Film Arema’Agama Kedua’ Fajar Junaedi S.Sos, M.Si menjelaskan, film dokumenter secara historis dipahami hanya merupakan bagian dari propaganda penguasa. “Film dokumenter sebatas digunakan oleh pemerintah untuk mensosialisasikan program-programnya dan lainnya.”jelasnya di Kampus Terpadu UMY Senin (6/9).
Padahal saat ini film dokumenter tidak semata-mata bagian dari propaganda pemerintah. Tetapi bisa juga digunakan untuk mendokumentasikan hal-hal lain misalnya sisi lain sebuah fenomena. “Bagaimana kita melihat maupun mengetahui fenomena suatu peristiwa melalui film dokumenter. Salah satunya seperti yang dilakukan para mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY yang membuat film dokumenter mengenai perjalanan klub sepakbola Arema.”ujarnya.
Film yang dibuat mulai bulan Maret hingga Agustus ini menceritakan sisi-sisi lain Arema. Cerita mulai dari awal berdirinya Arema hingga menjadi juara Indonesia Super League 2010 (ISL). “Dengan mewawancarai sosok-sosok di balik kesuksesan Arema. Baik dari pendirinya, manajer, orang-orang yang terlibat dalam pendirian Arema hingga para suporternya.,”urainya.
Selain ingin mengenalkan sisi lain dari film dokumenter itu sendiri, dalam pemaparannya film tersebut ingin mengungkapkan sisi lain dari Arema itu sendiri. Arema secara kuantitatif menurut data dari Asian Football Confederation (AFC) pada musim pertandingan 2009/2010 suporter Arema merupakan suporter paling banyak. Dengan rata-rata di setiap pertandingan Arema baik tandang maupun kandang dipadati sekitar 30 ribu suporter.
“Selain itu Arema berbeda dengan klub sepakbola lain yang ada di Indonesia. Perbedaannya terletak pada manajemennya. Ketika klub sepakbola lain masih berpegang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Arema mampu bertahan dengan mandiri,”ungkapnya.
Hal inilah yang kemudian mendorong mahasiswa untuk membuat film dokumenter mengenai Arema. Selain mengaplikasikan ilmu juga ingin mengungkapkan kepada masyarakat mengenai sisi lain dari Arema yang bertahan tanpa APBD. “Kami berharap seluruh klub sepakbola di Indonesia setelah melihat film dokumenter ini nantinya tidak hanya akan berharap pada dan APBD lagi dan mampu bertahan secara mandiri. Karena saat ini kecenderungan dana yang disalurkan kepada klub sepakbola dianggap membebani APBD. Padahal di luar negeri klub-klub sepakbola mampu bertahan secara mandiri bahkan dapat mendatangkan keuntungan bagi pemilik klub tersebut” tambahnya.
Terkait pemilihan judul film yaitu Arema ‘Agama Kedua’, Junaedi menuturkan proses pembuatan film tersebut melalui proses riset atau penelitian. “Pada saat riset tersebut kami melihat bahwa masyarakat malang ketika atribut yang bergambar simbol Arema yaitu Singa itu dirusak mereka akan marah. Akhirnya dipilih judul tersebut,”tuturnya.