Berita

Mahasiswa IPAcc UMY Peroleh Dua Gelar Sarjana di Taiwan

Mahasiswa International Program of Accounting (IPAcc) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) diwisuda di Asia University, Taiwan pada Kamis (09/06). Mahasiswa tersebut adalah Hadiyah Prayogo, S.Ak., B.B.A, Muhammad Arif Nurrahman, S.Ak.,B.B.A, Mochamad Raihan Januardy, S.Ak.,B.B.A, Pinkan Adhisa Nurulia, S.Ak.,B.B.A, dan Thalita Anugrah Ilhami, S.Ak.,B.B.A, kelimanya merupakan peserta program fast track di Asia University, Taiwan. Program fast track sendiri adalah program yang disediakan oleh perguruan tinggi bagi mahasiswa yang ingin menyelesaikan pendidikannya baik itu pada jenjang sarjana hingga pascasarjana pada universitas yang sama maupun pada universitas lain yang memiliki program tersebut, dalam hal ini program fast track diselenggarakan oleh UMY dan Asia University, Taiwan.

Saat dihubungi oleh BHP, Senin (20/6), Hadiyan Prayogo, menjelaskan bahwa para peserta fast track memperoleh dua gelar sarjana yakni gelar S.Ak atau Sarjana Akuntansi dari UMY dan juga gelar B.B.A atau Bachelor of Business Administration dari Asia University, Taiwan. “Banyak sekali keuntungan yang bisa didapatkan dengan mengikuti program ini. Selain ilmu pengetahuan dan tentunya relasi, kami juga mendapatkan banyak pengalaman yang berharga dan tidak disangka-sangka selama program ini berlangsung. Saya juga merasakan bahwa berada jauh dari negara sendiri dapat mengembangkan skill seperti problem solving saat menghadapi masalah,” imbuhnya.

Selain pada program sarjana, UMY dan Asia University juga mengadakan program fast track pada jenjang pascasarjana. Para peserta program fast track pada jenjang ini memiliki kesempatan untuk mendapatkan gelar master dalam jangka waktu satu tahun. Program ini ditawarkan sebagai kerja sama antara UMY dengan Asia University, Taiwan.

Dalam kesempatan yang sama, Pinkan Adhisa Nurulia, menceritakan perjalanan ia dan rekan-rekannya saat mengikuti program fast track. Ia menuturkan bahwa perkuliahan pada program ini dimulai sejak bulan September 2021 lalu dengan sistem daring (dalam jaringan) karena masih tingginya kasus COVID-19. “Lalu pada Desember 2021 akhirnya kami berangkat ke Taiwan dan mengikuti karantina selama 21 hari. Setelah karantina selesai kami akhirnya dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di kampus dan tinggal di dormitory yang disediakan. Sistem pembelajaran sempat berubah-ubah dari daring lalu akhirnya luring (luar jaringan) hingga kembali ke daring lagi, bergantung pada situasi pandemi,” terangnya. (ays)