Etika di dalam sebuah iklan saat ini cukup dilupakan oleh sebagian masyarakat dan juga pelaku iklan. Padahal, di dalam dunia periklanan Indonesia terdapat badan yang mengatur terkait etika tersebut, yaitu Lembaga Etika Pariwara Indonesia (EPI). Salah satu bentuk pelanggaran dari sebuah iklan yang marak terjadi yaitu dalam bentuk promosi, baik dari diskon yang diberikan maupun harga jual yang berbeda antara yang dicantumkan di media-media promosi dengan harga jual aslinya. Hal tersebut dilakukan semata-mata hanya untuk menarik minat pembeli agar tertarik untuk membeli, tanpa di sadari oleh masyarakat bahwa hal tersebut telah melanggar Kode Etik EPI.
Guna memberikan literasi kepada masyarakat terkait bentuk-bentuk pelanggaran iklan yang dilakukan oleh pelaku iklan dalam mempromosikan produknya, mahasiwa Program Studi Ilmu Komunikasi (IK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Konsentrasi Advertaising Angkatan 2013, menghasilkan karya sebuah buku dengan judul Pelet (Periklanan Langgar Etika) yang berisikan karya tulis, ilustrasi, dan juga gambar contoh-contoh iklan yang melanggar EPI untuk menyadarkan kepada masyarakat agar tidak tertipu oleh pesan-pesan iklan yang disampaikan oleh sebuah produk maupun jasa yang ditawarkan melalui media iklan. Hal tersebut diungkapkan oleh Alif Fakhrurrozi selaku Ketua Acara Launching Buku Pelet pada Sabtu malam (12/3) bertempat di Loop Station Yogyakarta.
Ditambahkan oleh Ozi, buku yang dihasilkan tersebut bermula dari tugas kuliah pada mata kuliah Etika Periklanan, dimana pada mata kuliah tersebut mahasiswa diajarkan untuk mampu mengkritisi dan memberikan solusi terkait iklan-iklan, baik iklan cetak, TVC, iklan luar ruang, serta jenis iklan-iklan lainnya yang telah melanggar pasal-pasal di dalam Kode Etik Periklanan. “Melalui buku ini kami ingin menyadarkan kepada masyarakat untuk tidak mudah tertipu akan rayuan iklan-iklan sebuah produk, selain itu buku ini juga nantinya akan menjadi pedoman bagi kami yang akan bekerja di dunia periklanan untuk memproduksi iklan yang sesuai dan tidak melanggar kode etik periklanan,” tambahnya.
Kembali ditambahkan oleh Nyoman Kurnia Widiasih, salah satu penulis dalam buku tersebut mengungkapkan, salah satu jenis produk yang cukup banyak melanggar kode etik periklanan adalah produk kebugaran atau perampingan. Bentuk pelanggaran yang dilakukan yaitu melalui pesan yang terkandung dalam iklan tersebut. Dalam EPI terdapat poin yang menyatakan bahwa iklan yang menawarkan alat atau fasilitas kebugaran atau perampingan tidak boleh memberi janji yang tidak dapat dibuktikan atau mengabaikan efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan alat tersebut. “Pesan-pesan iklan dari produk kebugaran di televisi banyak yang mengklaim bahwa produk mereka memiliki khasiat yang tinggi, sehingga hanya dengan beberapa kali mengonsumsi dapat mengalami perubahan bentuk badan, padahal dalam EPI telah dijelaskan bahwa sebuah produk melalui iklan tidak boleh menjanjikan sesuatu kepada konsumennya,” ungkapnya.
Diungkapkan oleh Erwan Sudiwijaya, S.Sos, MBA, selaku dosen IK UMY sekaligus pembicara dalam diskusi pada launching buku tersebut mengungkapkan, Etika dalam iklan pada dasarnya tidak membatasi kreativitas pembuat iklan, melainkan untuk mengarahkan pembuat iklan bahwa etika dalam iklan tersebut merupakan tantangan bukan hambatan dalam menggali sebuah ide. “Sudah sepatutnya dalam memberikan informasi kepada masyarakat harus memiliki sebuah batasan, batasan dalam iklan pada dasarnya lebih kepada mengatur pembuat iklan untuk tidak memberikan sebuah informasi yang salah atau bahkan sampai pada tahapan menipu masyarakat, sudah sepatutnya pembuat iklan dan juga masyarakat cerdas dalam melihat sebuah tayangan iklan,” ungkpanya.
Zuhdan Aziz, S.IP, SSn,MSn, selaku Sekertaris Jurusan IK UMY dalam sambutannya mengungkapkan, harapan kedepannya dengan adanya buku ini akan dapat memberikan dampak yang luas, khususnya kepada masyarakat agar lebih paham bentuk-bentuk pelanggaran periklanan sebuah produk. “Karya yang dihasilkan oleh rekan-rekan mahasiswa advertaising 2013 ini sangat memiliki dampak yang positif, baik bagi masyarakat dan juga mahasiswa sendiri, saya berharap dengan adanya buku ini masyarakat akan lebih kritis lagi dalam melihat sebuah tayangan iklan,” tutupnya. (adam)