Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Irsalina Fathimah sukses meraih predikat sebagai Best Delegation Award of 2018 pada kompetisi AISS (ASEAN Islamic Student Summit). Kompetisi tersebut diselenggarakan oleh Jama’ah Salahudin (Unit Kegiatan Islam dari Universitas Gadjah Mada) yang juga bekerja sama dengan IIUM (International Islamic University of Malaysia).
Acara yang dilaksanakan selama tiga hari mulai dari 14 hingga 17 November di Kuala Lumpur ini, merupakan sebuah forum regional yang menjadi wadah bagi mahasiswa serta pemuda dari Asia untuk bertukar ide, budaya, dan inovasi melalui paper yang mereka tulis. Tema yang diangkat pada kompetisi ini adalah ‘Mengoptimalkan Gerakan Mahasiswa Islam Asia Tenggara untuk Menghadapi Tantangan ASEAN’.
Peserta pada kompetisi AISS 2018 sebagian besar berasal dari Indonesia, hanya satu orang yang berasal dari Bangladesh dengan total keseluruhan 39 orang peserta yang kemudian dibagi ke dalam enam kelompok. Mahasiswa KKI UMY Irsalina tergabung dalam kelompok 2 yang beranggotakan enam orang yakni Ani Kristiyani (UGM), Nabilla Eka Salma (ESQ BS), Rafiq Moya Barodi (UMY), Ramacil Afsan Notoprawiro (Tebet Primary Healthcare), serta Wiwit Subagio (UGM). Mereka berhasil meraih peringkat kedua terbaik dalam penilaian paper, dengan judul ‘Transnational Organized Crime Threatens Stability in The Southeast Asia Region’.
Berbicara mengenai Best Delegation Award of 2018, Irsalina mengatakan bahwa keberhasilannya meraih predikat itu dikarenakan ia lancar berbahasa Inggris dalam memaparkan ide paper dari kelompoknya di depan para juri yang berjumlah empat orang. “Alhamdulilah saya menerima penghargaan sebagai Best Delegation Award of 2018 di acara AISS. Penghargaan ini saya dapatkan karena saya cukup aktif dalam berpartisipasi di sesi tanya jawab mengenai paper yang kami angkat. Selama acara saya aktif bertanya dan menjawab pertanyaan menggunakan bahasa Inggris dengan kesadaran bahwa ini adalah acara Internasional,” jelasnya saat dihubungi pada Kamis (22/11).
Sementara itu, menurut penuturan Irsalina judul paper dari kelompoknya diambil berdasarkan situasi perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat. “Era digital menyebabkan fenomena baru yang disebut sebagai desa global, di mana orang dapat berhubungan satu sama lain tanpa batas geografis, ekonomi, ideologi, politik, sosial, budaya dan hukum. Seiring dengan perkembangan tersebut, kejahatan selalu berevolusi sesuai peradaban salah satunya kejahatan transnasional yang terorganisir. Hal itu kemudian yang mengancam keamanan dan kemakmuran global, termasuk di negara-negara Asia pada khususnya,” katanya.
Irsalina merasa bangga dengan diraihnya penghargaan Best Delegation Award 2018, karena ini menjadi kali pertamanya mendapat penghargaan di ajang internasional. Kedepannya ia akan mengikuti International Conference, demi mengembangkan kemampuannya berinteraksi dengan orang banyak yang berbeda asal. “Saya sangat senang dan bangga atas penghargaan yang saya dapat ini. Karena ini merupakan penghargaan pertama yang saya dapat, apalagi ini dalam lingkup Asia bukan nasional saja. InsyaAllah saya akan mengikuti International Conference untuk memperluas jaringan dan berinteraksi dengan orang yang memiliki latar belakang berbeda dengan kita,” tutupnya. (Habibi)