Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi manusia terbanyak ke-empat setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Kemudian, negeri ini pun menjadi negara pemeluk agama Islam terbanyak di dunia, yaitu sebanyak 12,7 persen dari seluruh muslim di muka Bumi. Sebagai agama mayoritas, jumlah muslim di Indonesia sebanyak 205 juta jiwa atau 88,1 persen dari seluruh rakyat Indonesia. Bagi setiap muslim, menjalankan ibadah shalat sangatlah penting, karena bagi pemeluk Islam, shalat adalah tiang agama. untuk itu, kecerdasan yang dimiliki seseorang juga berpengaruh dalam ke-khusyuk-an ketika menjalankan shalat.
Hal ini telah dibuktikan oleh Taufik Burhanudin Aziz dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Multiple Intelegence (MI) Terhadap Kekhusyukan Shalat Siswa Kelas XII IPA Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta” bahwa multiple intelegence atau kecerdasan majemuk dapat berpengaruh pada ke-khusyuk-an ketika shalat. “Menegakkan shalat dengan menggunakan akal merupakan shalat yang cerdas. Hal inilah yang dikatakan bahwa shalat dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar,” ujarnya saat melakukan sidang promosi doktor pada Kamis, (6/12) di Ruang Amphiteare Gd. Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Kecerdasan majemuk sendiri terbagi dalam beberapa bentuk, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan matematik, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan spasial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalistik, dan kecerdasan eksistensial. Kurikulum yang dibentuk oleh Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta berhasil membentuk siswanya dengan berbagai jenis kecerdasan tersebut hingga menghasilkan peserta didik yang baik ketika beribadah.
Ditambah lagi mata pelajaran Islam dan keulamaan berupa Tafsir Al-Quran, Tahfidz Al-Quran, Hadits, Akidah, Fiqih, diberikan kepada seluruh siswa berbagai jurusan. Terdapat satu kecerdasan yang dihasilkan dari mempelajari ilmu agama, yaitu kecerdasan eksistensi. Keceerdasan ini amat berpengaruh dalam kekhusyukan seseorang ketika shalat.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa pascasarjana UMY ini menunjukkan bahwa kecerdasan majemuk dapat berpengaruh sebanyak 95,6 persen. Namun apabila ketika seseorang tidak memiliki kecerdasan eksistensial, maka seluruh kecerdasan majemuk itu tidak akan berpengaruh sama sakali terhadap kekhusyukan ketika shalat. Dengan demikian kecerdasan eksistensial menjadi sangat dibutuhkan pada setiap orang. “Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan eksistensi dengan kekhusyukan shalat siswa,” imbuh Taufik.
Taufik Burhanudin Aziz menjadi doktor ke 58 yang diluluskan oleh Program Psikologi Pendidikan Islam dan lulusan ke 77 dari Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.(ak)