Berita

Mahasiswa Program Doktor UMY Olah Cooperative Learning Jadi Modul Pembelajaran Di Sekolah

Perkembangan teknologi dan informasi yang massif memiliki berbagai dampak positif dalam banyak bidang, salah satunya adalah pada peningkatan kreativitas dan kecerdasan anak. Dengan kemudahan yang diberikan oleh teknologi, kini banyak perangkat media elektronik berbasis internet yang menyediakan sumber materi belajar bagi anak. Selain materi yang menarik, mereka tidak memerlukan waktu lebih untuk belajar karena dapat diakses secara langsung melalui berbagai gawai. Namun demikian kemajuan teknologi informasi tersebut juga memberikan dampak negatif pada perkembangan psikologis dan sosial bagi anak. Hal tersebut diungkapkan oleh Endang Sri Lestari, S.Pd., M. Si. dalam sidang terbuka ujian disertasinya pada hari Jumat (21/12) di Gedung Kasman Singodimedjo kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Disertasi yang diajukan berjudul “Peran Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kematangan Emosi dan Prestasi Belajar IPA Siswa di Kabupaten Bantul Yogyakarta”.

Penerima Tanda Kehormatan Satya Lencana Pendidikan tersebut menjelaskan bahwa kemudahan akses informasi dapat memberikan efek negatif untuk motivasi belajar dan juga perkembangan sosial anak. “Dalam penelitian yang saya lakukan, kemudahan dalam mengakses berbagai informasi menyebabkan rendahnya motivasi belajar karena mereka cenderung malas beraktivitas dan lebih memilih duduk didepan gawai untuk menikmati berbagai kemudahan yang difasilitasi oleh dunia maya. Dalam aspek sosial juga memberikan efek yang kurang baik, karena seringkali hubungan pertemanan yang dibangun melalui jejaring sosial membuat mereka kurang perhatian dengan hubungan sosial di dunia nyata,” ujar Endang.

Hal tersebut kemudian menurut Endang memunculkan 3 persoalan utama yaitu; rendahnya motivasi belajar; kematangan emosi; dan prestasi belajar anak. “Terlebih model pembelajaran yang banyak diterapkan saat ini adalah Pembelajaran Kompetitif dimana anak saling bersaing dalam hal prestasi. Hal tersebut dapat menjadikan anak yang tidak memiliki prestasi semakin rendah motivasi belajarnya. Ini menunjukkan pendekatan belajar yang diterapkan belum mampu mengatasi persoalan yang muncul,” paparnya.

Endang menjelaskan bahwa Pembelajaran Kooperatif dapat menjadi solusi dalam mengatasi persoalan yang muncul. “Model cooperative learning tersebut bersifat student oriented sehingga dapat mengatasi persoalan yang muncul. Sebagai ilustrasi, dengan pendekatan ini anak bermotivasi rendah akan ditempatkan dalam kelompok anak yang bermotivasi tinggi, dengan ini ia akan dapat terangkat pula motivasinya,” jelasnya.

“Interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif tersebut juga akan memberikan ruang bagi anak untuk berinteraksi secara fisik dimana hal tersebut dapat membantu proses kematangan emosi anak. Anak dapat mengurangi sifat individualisme dan mampu menghargai konsep kebersamaan dengan kerja sama dan tolong menolong. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan motivasi belajar yang tinggi dan kematangan emosi yang baik, prestasi anak juga meningkat secara signifikan,” lanjut Endang.

Endang juga menyampaikan bahwa hasil dari disertasinya tersebut akan diolah menjadi sebuah modul yang dapat diterapkan oleh sekolah. “Karena dalam konteks saat ini dimana teknologi informasi sangat berkembang dan anak yang bersifat individualistik, model pembelajaran kooperatif lebih tepat untuk diterapkan. Modul ini dapat menjadi materi bagi guru di berbagai sekolah untuk mengatasi persoalan yang muncul,” tandasnya. (raditia)