Pasca Reformasi tahun 1998, terjadi fenomena yang sangat menonjol, yaitu munculnya banyak partai baru di antara partai – partai terdahulu yang ikut dalam proses verifikasi untuk menjadi peserta Pemilihan Umum (Pemilu) 1999. Mulai dari partai yang berideologi nasionalis sampai partai yang menggunakan agama sebagai landasan partai, salah satunya adalah Partai Keadilan yang kelak akan berganti menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada tahun 2003. Pergerakan PKS di Indonesia terus mengalami peningkatan, salah satunya di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Pada disertasi yang ditulis oleh Mochamad Parmudi yang berjudul “Dinamika Politik Islam Di Indonesia Era Reformasi Strategi Pengembangan Partai Keadilan Sejahtera Di Kabupaten Kebumen Tahun 1999 – 2014”. Dalam disertasinya, Parmudi menerangkan pergerakan PKS di tengah kaum Abangan dan Santri (Nahdhiyin) yang secara tradisi masyarakat Abangan mendukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), sedangkan suara dari kelompok Santri tertuju ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sementara itu, PKS yang didirikan oleh kelompok Islam terpelajar datang bersama ideologi baru di tengah dua kelompok besar dan selalu mengalami peningkatan suara tiap Pemilu. “Suara yang didapatkan oleh PKS tiap Pemilu selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 1999 mendapatkan 4244 suara, sedangkan pada Pemilu tahun 2004, 2009, dan 2014 mengalami lonjakan suara yang berjumlah 20.965, 29.569, dan 50.355,” ujar Parmudi saat melakukan sidang terbuka doktor pada Sabtu (23/9) di Ruang Sidang Gedung Pascasarjana kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Setelah terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data, Parmudi dapat menarik kesimpulan kenapa PKS dapat menarik simpati warga Kabupaten Kebumen. Partai Keadilan Sejahtera melakukan pendekatan pada masyarakat melalui kegiatan sosial dan keagamaan seperti pengajian rutin yang diadakan beberapa kali dalam sebulan, kemudian PKS pun kerap kali melakukan bakti sosial kepada masyarakat. Ketika terjadi bencana alam, kader – kader partai akan dengan sigap melakukan bantuan di lokasi kejadian, ditambah lagi PKS pun menyalurkan dana simpan pinjam yang dapat digunakan oleh masyarakat sekitar untuk membuka usaha. Partai yang berlogo bulan sabit dan padi pun tidak ketinggalan untuk mendirikan sekolah dan tempat untuk beribadah umat Islam. “Kelahiran PKS dapat diterima dan tetap eksis di tengah masyarakat Kabupaten Kebumen karena melakukan pendekatan tindakan kolektif kepada masyarakat,” ujar pria yang sempat menjadi Sekertaris DPC PDIP Kabupaten Kebumen tahun 1996 – 1999.
Di akhir sidang, Parmudi mengatakan semua tindakan kolektif kepada masyarakat tidak lepas dari kader partai yang bersikap disiplin untuk selalu meneguhkan jiwa serta hati untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha Esa. Dengan hasil disertasi ini, Parmudi menjadi doktor Politik Islam ke – 18 dan doktor ke – 70 yang berhasil diluluskan oleh UMY. (ak)