Berita

Mahasiswa UMY Bantu Tingkatkan Produktifitas Lansia dengan Menulis

jurnalistik lansia

Pada tahun 2014 lonjakan jumlah Lansia yang berada di kecamatan Tegalrejo dan kecamatan lain di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta masih banyak yang belum produktif. Hal inilah yang kemudian menuntun Inas Sany Muyassaroh, Irma El Mira Husbuyanti, Laily Hifziati, dan Dessy Ratna Arifani yang saat ini masih berstatus mahasiswa Ilmu Komunikasi Univeristas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk lebih peduli kepada orang-orang yang dianggap tidak mampu untuk berkresi dalam​ hal apapun salah satunya adalah orang lansia. “Saat ini masih banyak orang yang menganggap remeh orang lansia karena dianggap tidak bisa bekerja secara produktif. Untuk itulah kami tertantang untuk memberikan pengalaman kepada mereka untuk bisa produktif dalam bentuk menulis, “ ucap Inas S​any selaku ketua PKM saat diwawancarai pada Jum’at (24/4).

Menurut Inas, program ini sudah berjalan dari 2 minggu yang lalu dan ditujukan pada lansia yang berada di RW 7 Demakan, Tegalrejo, Yogyakarta. “Program ini sudah dimulai sejak tanggal 12 April lalu hingga bulan Juni 2015. Pada awal program kami memberikan workshop tentang jurnalis yang diisi oleh Miftahul Arzak S.Ikom. Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari program kreativitas mahasiswa yang telah diadakan DIKTI setiap tahunnya. Program kreativitas mahasiswa adalah sebuah lomba tahunan yang melibatkan seluruh mahasiswa di Indonesia agar terpacu utnuk menelurkan ide, serta mengajukan pelbagai pemecah dinamika sosial yang berujung pada kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya, “ jelas Inas.

Inas mengungkapkan, bawa kegiatan tersebut juga turut dibantu oleh team fasilitator yang telah siap sedia membantu para Lansia dalam proses penulisan mereka. Hal ini karena ada 33 Lansia yang memiliki umur rentang 50-ke atas. Program Jurnalistik Autobiografi tersebut nantinya akan memberikan pengetahuan pada Lansia dalam menulis, menggambar ataupun bercerita tentang hidup mereka masing-masing. “Alasan kuat untuk mengangkat tema jurnalistik Lansia autobiografi ini diharapkan dapat menggugah, dan memberikan inspirasi bagi kaula muda, bahwa setiap kehidupan yang kita miliki haruslah memiliki jejak tersendiri, seperti dengan menulis tentang apa yang telah dimiliki di masa lalu, sekarang dan yang kita harapan di masa mendatang,” ungkapnya.

Laily Hifziati mengatakan, untuk mengubah pola pikir orang terhadap lansia mereka akhirnya membuat program “Jurnalis Lansia: Pemberdayaan Kelompok Usia Lanjut melalui Kegiatan Jurnalistik Autobiografi”. Tujuan program ini menurutnya bukan hanya untuk menghilangkan stigma negatif terhadap lansia saja, tetapi juga untuk memberi pengetahuan kepada mereka bahwa dengan menulis mereka bisa berfikir dan kembali mengenang masa mudanya. “Program ini bukan hanya mengajarkan para Lansia untuk bisa menulis saja, namun juga menumbuhkan semangat mereka bahwa dengan menulis banyak hal yang dapat mereka dapat. Output yang diinginkan dari kegiatan ini adalah sebuah buku tentang autobiografi dari para lansia itu sendiri, dan seluruh tulisan yang telah dibuat oleh para Lansia, tidak akan mendapatkan perubahan apapun. Sehingga autobiografi ini memang benar-benar murni dari kisah hidup mereka, dan mencerminkan gaya kepenulisan Lansia yang berbeda-beda,” terangnya.

Laily juga mengungkapkan jika awalnya, program ini masih sangat diragukan oleh beberapa pihak tak terkecuali oleh Ketua RW Demakan. Menurut Laily, Ketua RW Demakan saat pertama kali mendengar niat mereka untuk mengadakan pelatihan menulis pada lansia, merasa terkejut bahkan sempat menyangsikan jika program tersebut akan berjalan. “Ketua RW Demakan sempat menyangsikan program kami. Tapi kemudian beliau mengaku senang karena program kami bisa berjalan dengan baik dan di luar dugaannya. Karena walaupun menurutnya program kami ini sangat sederhana, namun sangat membantu mengubah cara pandang orang lain pada lansia pada umumnya. Kami juga berharap, melalui kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi lansia, sehingga para lansia dapat terus produktif di umur yang sudah tidak muda lagi, “ imbuhnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Miftahul Arzak, S.Ikom, alumnus UMY yang juga pendiri Komunitas Menulis (Kumis) UMY, bahwa dengan menulis seseorang itu akan mudah dikenal. Sebab melalui tulisan itulah orang lain akan mengetahui tentang bagaimana dia dan siapakah dia. “Saya bisa kasih contoh, ketika saya membaca buku Pramoedya Ananta Toer, saya sudah paham bagaimana beliau. Namun jika dibandingkan dengan kakek saya saya sudah mengenal beliau lama namun sampai saat ini pun saya belum mengerti pola pikir dari kakek saya. Itulah mengapa menulis itu sangat penting, dengan menulis kita juga bisa memberikan kenangan terindah bagi orang terdekat kita terutama anak dan cucu kita, “ jelasnya.