Seiring dengan tingginya angka kejadian kehilangan gigi dan kesadaran estetis, maka angka penggunaan gigi tiruan di masyarakat ikut pula meningkat. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 prevalensi kehilangan gigi sebesar 3.9, dan prevalensi penggunaan gigi tiruan sebesar 4.5. Untuk itu salah satu kelompok PKM UMY melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Kekuatan Tekan dan Fleksural Bahan Thermoplastic Nylon dan Acrylic Resin Heat Curing pada Berbagai Ketebalan”. Kelompok PKM ini beranggotakan Novi Kurniawati (Kedokteran Gigi 2014), Desy Novianti (Kedokteran Gigi 2014) dan Galih Nur Cholis (Kedokteran Gigi 2016).
Novi Kurniati sebagai anggota tim mengatakan banyak pasien yang mengeluhkan gigi tiruannya sering patah dan terasa tebal, sehingga kurang nyaman digunakan. “Salah satu faktor yang mempengaruhi sering tidaknya gigi tiruan patah adalah kekuatan mekanisnya. Kekuatan mekanis yang menggambarkan kekuatan pengunyahan adalah kekuatan tekan dan fleksural. Salah satu solusi yang dipilih untuk mengantisipasi kepatahan adalah dengan menambah ketebalan, namun pengguna merasakan dengan tebal yang digunakan saat ini dirasa kurang nyaman,” ungkapnya saat diwawancarai Biro Humas dan Protokol pada Senin (26/7) di Kampus Terpadu UMY.
Novi menambahkan bahwa Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kekuatan tekan tertinggi bahan Thermoplastic Nylon pada ketebalan 1,5 mm sedangkan baban Acrylic Resin Heat Curing pada ketebalan 2,5 mm. ”Penelitian yang kami lakukan juga sempat diuji coba oleh pembimbing kami yakni drg.Laelia Dwi Anggraini,Sp.KGA yang menguji kekuatan tekan dan fleksural bahan Thermopastic Nylon dan Acrylic Resin Heat Curing pada berbagai ketebalan,” paparnya.
Kembali ditambahkan oleh Novi bahwa kekuatan Fleksural tertinggi bahan Thermoplastic Nylon pada ketebalan 1 mm sedangkan bahan Acrylic Resin Heat Curing pada ketebalan 2 mm. “Kami berharap dengan adanya penelitan ini secara tidak langsung akan dapat memberikan beberapa keuntungan bagi masyarakat, diantaranya berupa keuntungan psikologis, efisiensi waktu, dan ekonomi. Keuntungan secara psikologis dapat berupa rasa aman dan nyaman pasien. Keuntungan secara efisiensi waktu dikarenakan pasien dapat menghemat waktu kunjungan untuk memperbaiki gigi tiruannya yang patah. Keuntungan secara ekonomi yakni masyarakat mampu menghemat biaya untuk memperbaiki gigi tiruan,” imbuhnya.