Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu tampil dan memiliki pengaruh yang baik di dalam lingkungannya. Pemimpin juga dituntut untuk lebih kritis saat menyikapi isu global, sehingga partisipasinya di tingkat global merupakan sebuah langkah tegas seorang pemimpin dalam forum internasional.
Itulah yang dilakukan Ahmad Jawwad, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Jawad berinisiatif mengajak forum mahasiswa internasional untuk membentuk organisasi internasional Asean Youth Leaders Accsociation(AYLA) pada acara International Youth Leaders Summit (IYLS) ASEAN di De La Salle University Manila-Filipina, 10 sampai 15 Februari lalu.
Ikut menjadi salah satu founder AYLA membuat mahasiswa Hubungan Internasional UMY itu terpilih sebagai Vice President (Wakil Presiden) pada oraganisasi yang ia gagas bersama kawan-kawannya tersebut. Jabatan tersebut ia dapat karena dinilai berperan sebagai inisiator dalam terbentuknya AYLA.
“Saat itu saya mengusulkan untuk membentuk forum lanjutan jangka panjang, sehingga teman-teman yang ikut dalam forum itu sepakat untuk membentuk organisasi International Youth Leaders Accsociation, dan mereka memajukan tiga bakal calon presiden untuk organisasi tersebut, tapi saya kalah dan terpilih menjadi vice president, sedangkan presiden dimenangkan oleh rekan saya dari Filipina” terangnya di Biro Humas dan Protokol UMY beberapa waktu lalu.
Selain karena inisiator, ia menilai, diusulkannya dirinya sebagai presiden dalam organisasi itu lantaran ide cemerlangnya untuk membentuk wadah internasional lanjutan itu. Menurutnya, sebuah forum internasional akan lebih baik jika mempunyai input langkah konkrit yang bersifat jangka panjang. Sehingga ia memberi gagasan kepada rekannya untuk membentuk oraganisasi itu.
Menurut mahasiswa angkatan 2011 itu, dirinya tidaklah kalah meskipun tidak terpilih sebagai presiden dalam pemilihan presiden organisasi internasional tersebut. Namun ia merasa dialah pemenang sesungguhnya, karena pemenang yang sesungguhnya adalah yang menuangkan ide yang dapat mengakomodir banyak orang untuk mengikuti ide tersebut.
“Mungkin dari kasat mata saya kalah dalam Pemilihan Presiden, walaupun saya tetap terpilih menjadi vice president, tapi sebenarnya menurut saya, sayalah pemenang dari pemilihan itu, karena bagi saya pemenang di sini adalah yang mempunyai ide tersebut, ide yang dapat mengakomodir banyak orang dalam forum tersebut untuk sepakat pada ide saya, dan bisa mengikuti atau terlibat dalam menyukseskan gagasan saya,” sambungnya.
Jawad juga menjelaskan, dirinya melihat kualitas mahasiswa UMY dengan mahasiswa asing yang ditemuinya di forum tersebut tidaklah berbeda. Dari segi kemampuan akademik dan kecakapan berbahasa, kualitas mahasiswa UMY ia nilai sama dengan mahasiswa di berbagai negara ASEAN yang ditemuinya, akan tetapi yang berbeda adalah, persepsi kebanyakan mahasiswa di Indonesia saja yang menilai kualitasnya rendah. “Saya melihat mereka dengan kita (mahasiswa UMY -red) tidaklah berbeda dari segi kemampuan akademik dan kecakapan berbahasa asing, saya bahkan melihat kualitas mereka sama dengan kita, tapi menurut saya yang berbeda adalah persipsi mahasiswa mayoritas yang kuliah di kampus yang ada di Indonesia, yang menilai bahwa kualitas kita dibawah mahasiswa asing, padahal tidaklah demikian,” imbuhnya.
Keterlibatan Jawad dalam AYLS adalah untuk membahas isu-isu global di tingkat ASEAN seperti Asean Economic Community (AEC) 2015, dan juga isu-isu global lainya. Selain itu dirinya juga mendapatkan banyak pelatihan dan pembekalan kepemimpinan dalam forum yang diikutinya bersama mahasiswa dari berbagai negara di ASEAN itu. (Shidqi)