Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil meraih pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Tim yang terdiri dari Yumna Alifah, Salma Khairunnisa, Dhia Melinda Najla, dan Dyah Ajeng Febyanti, berfokus pada pengembangan nanoliposom ekstrak kulit batang pohon Bangkal (Nauclea subdita) sebagai antikanker payudara.
Dalam penelitian ini, tim mengembangkan senyawa Subditine dan Angustoline dari kulit batang pohon Bangkal untuk digunakan sebagai agen antikanker pada sel kanker payudara MCF-7 melalui metode in vitro dan in silico. Mereka menggunakan teknologi nanoliposome untuk meningkatkan efektivitas pengobatan. Adapun penelitian ini telah berlangsung dari bulan April dan akan berakhir bulan Juli 2024 mendatang.
Yumna Alifah selaku ketua tim PKM-RE UMY menjelaskan, penelitian tersebut menggunakan metode LC-MS, MTT Assay, dan molecular docking. Untuk mengevaluasi sediaan nanoliposom, tim melakukan uji organoleptis, mengamati warna, bau, dan konsistensi, serta mengukur pH dengan pH meter. Penelitian ini dilakukan di berbagai laboratorium yang sesuai dengan kebutuhan riset, seperti Laboratorium Farmasi UMY (Lab Fitomedicine, Kimia Analisis, Kultur Sel), Laboratorium Proteksi Tanaman Pertanian UMY, uji LCMS di Lembaga BRIN dan uji PSA di Lab terpadu FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
“Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2022, kanker payudara merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di Indonesia, mencapai 65.858 kasus atau 16,6% dari total kasus kanker. Maka dari itu, penelitian ini kami harapkan dapat menjadi alternatif pengobatan kanker payudara yang efektif dan aman dengan menggunakan tanaman herbal,” ujar Yumna.
Penggunaan Kulit Batang Pohon Bangkal yang digunakan dalam penelitian ini sebenarnya juga telah memiliki kandungan alkaloid, dengan salah satunya adalah alkaloid subditine yang memiliki sifat paling signifikan menghambat pertumbuhan kanker prostat. “Hal ini sudah dibuktikan dalam penelitian sebelumnya di tahun 2014 oleh Liew et al. Kemudian penelitian berikutnya di tahun 2020 oleh Li et al, juga mengungkapkan adanya senyawa angustolin pada ekstrak kulit batang pohon Bangkal yang dapat menghambat pertumbuhan kanker esophagus,” jelas Yumna lagi.
Berdasarkan hal itu pula Yumna dan timnya kemudian melanjutkan penelitian ekstrak kulit batang pohon Bangkal tersebut untuk pengobatan antikanker payudara. Terlebih penelitian terkait tanaman ini dalam topik kanker masih sangat sedikit. Bahkan di Indonesia juga belum ada yang meneliti efektivitas ekstrak kulit batang pohon Bangkal ini sebagai obat alternatif untuk kanker. Penelitian yang ada di Indonesia kebanyakan masih menelitinya sebagai bahan kosmetik, menyesuaikan kegunaannya di masyarakat sebagai bedak dingin.
“Jadi, kami berharap penelitian ini dapat terus dikembangkan hingga menjadi obat klinis yang dapat digunakan untuk terapi pasien kanker. Selain itu, tanaman ini juga memiliki potensi untuk penelitian penyakit lain seperti anti-inflamasi,” tambah Yumna.
Dalam proses pembuatan ekstrak nanoliposom ini diakui tim cukup rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Terbukti, saat pembuatan satu formulasi memerlukan waktu dua hari produksi. Selain itu yang menjadi tantangan mahasiswa ialah ketersediaan bahan yang belum ada di Indonesia, sehingga ada beberapa bahan yang harus mereka cari alternatif lainnya.
Setelah pengujian in vitro, tim merencanakan pengujian in vivo dan uji klinis hingga menjadi obat yang dapat digunakan secara klinis yang dapat diberikan kepada pasien kanker payudara di Indonesia. Oleh karena itu inovasi yang dilakukan para mahasiswa FKIK UMY ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menangani kasus kanker payudara di Indonesia.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UMY ini, tidak hanya fokus pada pengobatan kanker saja, tetapi juga mengangkat keanekaragaman hayati Indonesia. “Faktanya tanaman pohon Bangkal ini sendiri kurang dikenal oleh masyarakat umum. Hanya saja cukup dikenal oleh masyarakat Kalimantan Selatan yang memang sudah sering memanfaatkannya untuk pengobatan tradisional dan kosmetik. Salah satu contohnya penggunaan kulit batang pohon Bangkal untuk pembuatan bedak dingin,” jelas Yumna.
Tim PKM-RE ini sangat berharap melalui penelitian ini masyarakat bisa mengetahui sejuta manfaat dari pohon Bangkal. Oleh karena itu hasil dan perkembangan riset tersebut dapat diikuti melalui akun media sosial Instagram dan TikTok dengan nama pengguna @pkmre.nanoliponaudit yang dapat diakses oleh masyarakat umum. “Dengan adanya sosialisasi baik menggunakan sosial media maupun secara langsung yang kami lakukan ini, dapat mengedukasi masyarakat terkait tanaman herbal. Dalam hal ini tidak hanya pohon Bangkal tetapi juga tanaman lainnya yang masih asing, namun memiliki segudang manfaat untuk pengobatan,” tutup Yumna. (DA)