Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yaitu Maki Lukmanul Hakim (Agroteknologi) dan Tri Andi Nugroho (Teknik Mesin) mengharumkan nama UMY setelah mendapatkan juara ketiga di Panah Merah Innovation Award 2018 yang diselenggarakan oleh PT. EAST WEST SEED Indonesia di Purwakarta pada 16 Oktober 2018. UMY menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang bisa masuk 10 besar.
Panah Merah Innovation Award 2018 yang diselenggarakan PT EAST WEST SEED Indonesia merupakan salah satu program untuk menghimpun inovasi atau ide baru perihal perbaikan di bidang pertanian. Dalam proses penyeleksian terdapat 382 proposal, tapi hanya 10 yang dinyatakan masuk ke babak final dan UMY menjadi satu-satunya PTS yang berhasil masuk dan meraih juara ketiga di belakang Universitas Gadjah Mada (Juara 1) dan Institut Pertanian Bogor (juara 2). Ada tiga tipe penilaian yakni tentang ide, kemudahan dalam pengaplikasian, dan anggaran.
Proposal yang diajukan Maki dan Andi membahas prospek pemanfaatan lahan pasir pantai yang diwujudkan dengan ide pembuatan alat Sitepat yang berfungsi mengatur penyiraman tanaman secara otomatis. Latar belakang dari proposal itu muncul karena mereka menemukan semakin menipisnya lahan pertanian yang ada di Indonesia. Karena itu, ide baru menanam pohon di lahan pasir pantai Bugel Kulonprogo Yogyakarta menjadi objek menarik yang ingin dikembangkan meski pada dasarnya lahan pasir pantai sulit untuk ditanami.
“Lahan pasir pantai memiliki banyak masalah diantaranya minimnya kandungan mineral dan bahan organik, kemampuan lahan pasir pantai yang tidak bisa menahan air terlalu lama, sehingga diperlukan proses penyiraman secara berkala setiap harinya,” kata Maki ditemui di Agriculture Training Centre (ATC) Gd F5 UMY Rabu (17/10).
Tujuan dari pembuatan alat tersebut adalah untuk mengatur penyiraman air di lahan pasir pantai secara berkala, sehingga hal itu bisa bermanfaat untuk petani yang tidak perlu melakukan penyiraman secara manual setiap harinya. “Sistem Sitepat ini mampu melakukan penyiraman setiap harinya secara otomatis. Cara kerjanya dengan menampung air dari sumur ke tandon, kemudian alat Sitepat yang berbentuk selang dengan katup otomatis akan terbuka saat waktu penyiraman. Untuk waktu penyiramannya diatur menggunakan digital water mater. Jadi petani lahan pasir pantai tidak harus berpanas-panasan dalam melakukan penyiraman, hanya cukup melihat dan memelihara sistem yang ada maka proses penyiraman itu akan berjalan,” imbuhnya.
Sementara itu Maki dan Andri memiliki harapan karyanya bisa menjadi kenyataan agar dapat bermanfaat bagi para petani dan menjadi bahan penulisan skripsinya. “Kami memiliki harapan alat Sitepat ini bisa menjadi kenyataan dan bisa diaplikasikan, untuk mengurangi beban petani khususnya di lahan pasir pantai dalam melakukan penyiraman. Dan juga nantinya ini dapat menjadi bahan Skripsi kami,” tutupnya. (Habibi)