Berita

Mahasiswi UMY wakili Indonesia Juarai Paper Terbaik Asean Korea Frontier Forum

Navhat Nuraniyah, mahasiswi International Class-jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil keluar sebagai juara kedua paper terbaik dalam Asean Korea Frontier Forum yang belangsung sejak 5 sampai 13 Agustus yang lalu di Seoul, Korea Selatan yang diikuti oleh tim dari seluruh negara Asean dan Korea Selatan. Navhat bersama mahasiswa Universitas Pelita Harapan (UPH) dan Universitas Padjajaran (Unpad) merupakan tiga mahasiswa yang mewakili Tim Indonesia dalam ajang internasional ini.

Navhat Nuraniyah, mahasiswi International Class-jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil keluar sebagai juara kedua paper terbaik dalam Asean Korea Frontier Forum yang belangsung sejak 5 sampai 13 Agustus yang lalu di Seoul, Korea Selatan yang diikuti oleh tim dari seluruh negara Asean dan Korea Selatan. Navhat bersama mahasiswa Universitas Pelita Harapan (UPH) dan Universitas Padjajaran (Unpad) merupakan tiga mahasiswa yang mewakili Tim Indonesia dalam ajang internasional ini.

Juara pertama diraih oleh Tim Singapura dan Juara Ketiga adalah Thailand. Acara tersebut diselenggarakan oleh Asia Exchange Association dan The Minister of Foreign Affair and Trade of South Korea.

Navhat mengungkapkan, konferensi ini membahas tentang dampak globalisasi terhadap budaya di masing-masing negara. Menurutnya persinggungan antara globalisasi dengan budaya akan menghasilkan dua hal yakni konflik budaya dan penyatuan budaya. Namun yang dominan terjadi di Indonesia adalah konflik kebudayaan seperti terorisme. Terorisme mengatasnamakan Jihad yang saat ini terjadi secara eksplisit melakukan pengkotakan antara islam dan barat serta barat dan timur. “Dalam paper  yang  kami tulis dan presentasikan berjudul From Clash to Harmony of Civilizations, Soft Approaches to Combat Terorism kami lebih membahas tentang bagaimana menahan laju berkembangnya terorisme di Indonesia melalui pendekatan yang lebih halus dan bukan melalui jalan militer,”urai mahasiswa hubungan internasional UMY ini saat di wawancarai  di kampus terpadu UMY, Rabu (18/8).

Berdasarkan paper tersebut, Navhat menjelaskan bahwa ada dua soft strategy yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalam menahan laju terorisme di Indonesia. Pertama, pemberantasan kemiskinan dan perbaikan ekonomi. Menurutnya kita  tidak bisa memungkiri bahwa kemiskinan adalah salah satu pendorong terjadinya gerakan resistensi dari berbagai golongan masyarakat, termasuk gerakan terorisme tersebut. Kedua, Pemerintah hendaknya melakukan kampanye tentang pengertian Jihad kepada seluruh masyarakat. “Hal ini dilakukan agar ditemukan kesepahaman atau mutual understanding,”imbuhnya.

Kampanye ini pun diklasifikasi. Untuk para siswa yang duduk dibangku sekolah, pemahaman tentang Jihad tersebut hendaknya dimasukkan kedalam buku agama yang dikeluarkan oleh Departemen Agama (Depag). Sedangkan untuk masyarakat diadakan dialog antara masyarkat barat dan Islam membahas tentang Islam. Selain itu, pemerintah maupun masyarakat baiknya membuat film dokumenter yang ditayangkan di televisi mengenai pemahaman Jihad itu sendiri. “Upaya ini bertujuan untuk menjelaskan apa sebenarnya jihad itu, dan menegaskan bahwa islam itu agama perdamaian dan tidak pernah mengajarkan pada kekerasan,”urainya.

Selain persentasi paper, Asean Korea Frontier Forum juga menggelar acara diskusi yang juga membahas mengenai globalisasi dan budaya yang dilaksanakan setiap hari selama acara. Kemudian ada Friendship night (malam persahabatan) dan pagelaran kebudayaan khususnya kebudayaan Korea. “Acara ini juga bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara Korea dengan negara-negara Asean khususnya dalam bidang bisnis. Pariwisata, dan lingkungan,”tandasnya.