MAJELIS AGAMA ISLAM YALA, THAILAND KUNJUNGI UMY UNTUK MENGENAL MUHAMMADIYAH LEBIH JAUH
Hubungan manusia dengan Tuhan (hablun min Allah) harus dibangun selaras bersama hubungan manusia dengan manusia (hablun min an-naas). Konsep itulah yang dibangun oleh persyarikatan Muhammadiyah sejak awal kelahirannya. Jadi ada keterkaitan antara tingkat ketaatan seseorang terhadap Tuhannya melalui ibadah dengan hubungannya antar sesama manusia melalui bagaimana seorang individu tersebut berperilaku dalam kesehariannya.
Hal tersebut dipaparkan oleh Syakir Jamaluddin, S.Ag, M.Ag, Kepala Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (LPPI UMY) saat berdialog dengan rombongan Majelis Agama Islam Provinsi Yala, Thailand Selatan yang melakukan kunjungan silaturahim dan studi banding dengan UMY, Senin siang (12/04) di Kampus Terpadu UMY.
Dalam kesempatan itu, Syakir juga menjelaskan kepada rombongan dari Majelis Agama Islam Yala tentang mengapa dan bagaimana Muhammadiyah lahir dan berkembang, sejak awal kelahirannya hingga kini menyambut usianya yang keseratus. ”Muhammadiyah lahir dengan bernafaskan surat Al-Ma’un dan bersemangatkan keikhlasan. Muhammadiyah itu Gerakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang bertujuan untuk menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” ujar Syakir.
Rombongan yang berjumlah sekitar 50 orang tersebut dipimpin oleh Ustadz Drs. H. Loh Abdullah bin Abdul Wahab, yang menjabat sebagai Sekretaris Umum MAI Yala. Loh Abdullah menyampaikan bahwa kedatangan mereka ke UMY, selain untuk menyambung ukhuwah Islamiyah, bersilaturahim sesama saudara, juga dikarenakan ketertarikan dan keingintahuan mereka akan gerakan Muhammadiyah yang namanya sudah sangat dikenal di Thailand.
”Selain untuk menyambung tali silaturahim, kami tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Muhammadiyah. Kami cukup takjub melihat keberhasilan Muhammadiyah dengan amal usaha – amal usahanya yang banyak. Mulai dari lembaga pendidikan dari dasar hingga perguruan tinggi, panti asuhan, rumah sakit, dan lainnya. Keberhasilan Muhammadiyah tersebut yang ingin kami ikuti untuk dikembangkan di Yala,” tutur Loh Abdullah.
Dalam dialog yang mengambil tema “Muhammadiyah dan Dinamika Gerakan Islam di Indonesia” itu, Dra. Siti Noordjanah Djohantini, M.M dari Pimpinan Pusat ’Aisyiyah berbicara tentang ’Aisyiyah sebagai organisasi yang berkembang bersama dengan Muhammadiyah.
Menurutnya, ’Aisyiyah mengajarkan prinsip perpaduan antara intelektual, ketaatan beribadah, dan kemanfaatan untuk orang banyak. Siti juga mengingatkan bahwa ada spirit yang dibangun di Aisyiyah bahwa banyaknya urusan rumah tangga yang menjadi tanggung jawab seorang perempuan, jangan sampai membuat perempuan melupakan urusan kepentingan sosial.
Dosen Fakultas Ekonomi UMY ini menerangkan bahwa ’Aisyiyah saat ini sedang berfokus pada masalah literasi media untuk anak-anak, karena ’Aisyiyah memandang pentingnya anak-anak memahami pendidikan melek media tersebut. ”Saat ini, media, khususnya televisi telah menjadi momok bagi para anak-anak karena dapat memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan kepribadian mereka. Oleh karenanya, anak-anak perlu dibekali dengan pendidikan melek media. Selain literasi media, Aisyiyah juga turut konsen dalam masalah traficking atau jual beli manusia, khususnya perempuan dan anak-anak, dan masalah pengolahan sampah,” imbuh Siti.