Berita

Masyarakat Harus Lebih Meningkatkan Kualitas untuk Bersaing Dalam MEA 2015

Akhir tahun 2015 akan menjadi babak baru bagi kerjasama antar negara-negara anggota ASEAN (Association of South-East Asian Nation). Pada akhir Desember 2015 nanti, akan mulai diresmikan Asean Community atau Masyarakat ASEAN yang dapat membawa dampak pada seluruh lapisan masyarakat di negara ASEAN. Dalam ASEAN Community sendiri dibagi menjadi tiga fokus antara lain, Masyarakat Ekonomi ASEAN (Asean Economic Community), Masyarakat Politik Keamanan ASEAN (ASEAN Political Security Community), dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community). Namun, yang sering menjadi fokus utama adalah pada bidang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal ini karena Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan bagian utuh dari 3 (tiga) pilar Masyarakat ASEAN yang saling terkait dan saling memperkuat satu sama lain. Untuk itulah, masyarakat ASEAN termasuk Indonesia harus lebih meningkatkan kualitas dirinya, agar bisa ikut bersaing dalam MEA 2015 ini.

Hal tersebut yang disampaikan oleh Ina Hagningtyas Krisnamurthi, Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri pada seminar “ASEAN adalah Kita” di ruang sidang A.R. Fakhrudin B lantai 5, Rabu (16/9). “Untuk menjadikan Masyarakat ASEAN yang people-centered dan people oriented, Masyarakat ASEAN harus dibangun secara kohesif dan seimbang di antara ketiga pilar,” terangnya. MEA yang akan diimplementasikan pada akhir tahun 2015 sendiri bukan merupakan suatu event atau persitiwa tetapi melalui proses yang panjang, dan akan berlanjut setelah tahun 2015 dengan adanya MEA Pasca 2015. Bentuk kerjasama di bidang ekonomi antar negara-negara ASEAN sendiri telah dibentuk dari tahun 1977 dengan adanya ASEAN Preferential Tariff Arangement (PTA), dan berlanjut dengan ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada 1992, dan beberapa kerjasama di bidang ekonomi lainnya hingga sampai pada ide Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

Ina menambahkan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN nantinya akan membawa dampak pada daya saing tinggi antar negara-negara ASEAN sendiri, dan perekonomian di kawasan Asia Tenggara akan terintegrasi dengan ekonomi global. Tantangannya untuk Sumber Daya Manusia di Indonesia adalah jumlah pengangguran yang masih tinggi yakni 7.17 juta yang merupakan 5,29% dari total angkatan kerja. “Tingkat Pendidikan masih didominasi oleh lulusan SD ke bawah dengan jumlah sebanyak 47,9%. Selain itu banyak tenaga kerja yang belum mendapatkan sertifikasi kompetensi dan belum semua jenis profesi memiliki lembaga sertifikasi,” jelasnya.

Dalam memudahkan berjalannya Masyarakat Ekonomi ASEAN, kesepuluh negara ASEAN telah membentuk MRA (Mutual Recognition Arrangements) atau Pengaturan dalam Pengakuan Tenaga Kerja. “MRA merupakan kesepakatan yang diakui bersama oleh seluruh negara ASEAN untuk saling mengakui atau menerima beberapa atau semua aspek hasil penilaian, seperti hasil tes atau berupa sertifikat bagi para tenaga kerja,” tukas Ina. Tujuan MRA adalah untuk menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi guna mendapatkan kesamaan/kesetaraan serta mengakui perbedaan antar negara untuk pendidikan, pelatihan, pengalaman dan persyaratan lisensi untuk para professional yang ingin berpraktek. MRA dipergunakan untuk memudahkan perpindahan tenaga professional antara negara khususnya dalam rangka integrasi pasar dengan tetap mempertahankan kekhususan masing-masing negara.

Meskipun MEA 2015 membawa tantangan tersendiri bagi Indonesia, namun MEA juga dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Peluang yang dimaksud antara lain seperti bertambahnya pasar sebesar 340 juta jiwa, peningkatan kelancaran arus perdagangan barang, peningkatan daya saing UKM (Unit Kerja Masyarakat) dan peningkatan wisatawan mancanegara. Intinya adalah dengan persiapan yang matang dari seluruh lapisan masyarakat dalam menghadapi MEA 2015, Indonesia akan dapat bersaing dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya dan dapat memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. “Seperti yang diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri kita, Visi Masyarakat ASEAN 2025 mendatang harus membawa kesejahteraan dan memberikan manfaat langsung bagi seluruh masyarakat ASEAN,” akhirnya. (Deansa)