Seiring berkembangnya era teknologi dan informasi, media televisi merupakan pusat informasi yang strategis dan dekat dengan masyarakat. Namun, bagaimana halnya jika media yang dijadikan masyarakat sebagai rujukan tersebut dijadikan alat kepentingan oleh segelintir orang. Untuk itulah, masyarakat tetap harus teliti terhadap media televisi dalam menerima berbagai informasi yang disajikan.
Hal inilah yang membuat mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IK UMY), menulis buku dengan judul “kolonialisasi media televisi”. Launching buku tersebut berlangsung diwarung nusantara, Sabtu (22/6). Acara tersebut turut dihadiri oleh dosen IK UMY Fajar Junaedi, M.Si, Bona Ventura S, M.Si dan penulis buku Aditya Yanuar serta penulis buku kolonialisasi media televisi lainnya.
Dalam buku ini dijelaskan, bagaimana media yang seharusnya menjadi sarana informasi dan pendidikan, tetapi sering dimanfaatkan sebagai alat untuk mencapai ambisi seorang pemilik modal, terutama dalam hal politik. Sehingga penjajahan tanah yang ada pada zaman dulu, saat ini telah berubah menjadi penjajahan terhadap media
Penulis buku kolonialisasi media televisi, Aditya Yanuar mengatakan bahwa munculnya ide untuk mengembangkan tulisannya tersebut, disebabkan oleh banyaknya hal yang kurang tepat atau tidak sesuai pada media televisi saat ini, terutama pada dua media swasta di Indonesia. “Buku yang saya tulis dengan teman- teman IK UMY ini, merupakan pengamatan kami terhadap media televisi. Sebenarnya buku ini berawal dari tugas kuliah, supaya menjadi suatu referensi dan karya, kami bertekad untuk menjadikannya sebuah buku”, kata mahasiswa IK UMY ini.
Aditya juga menjelaskan bahwa maksud dari kolonialisasi media televisi tersebut adalah, pengusaha media menjadikan televisi sebagai alat menjajah masyarakat (audiens). Dengan sistem rating (tingkatan) suatu program televisi, pemilik media cenderung lebih memfokuskan pada acara yang menyebabkan rating televisinya naik. “Jadi televisi saat ini lebih mementingkan naiknya rating, bukan lagi mementingkannya sebagai alat informasi dan pendidikan. Dengan rating tersebut pengusaha media menjajah masyarakat, entah itu dengan cara pengemasan tayangan kekerasan, pornografi bahkan berita gosip”, ujarnya.
Sementara itu, Fajar Junaedi mengatakan bahwa, terbitnya buku kolonialisasi media televisi ini merupakan wujud dari sikap kritis mahasiswa terhadap media televisi. Baik itu dari segi pemberitaannya, atau masuknya unsur kekerasan, pornografi dan lainnya pada setiap tayangan televisi. Selain itu, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang juga dirasa kurang tegas dalam menentukan sikap terhadap media televisi saat ini. “Sikap kritis mahasiswa yang seperti ini sangat baik, oleh sebab itulah dosen komunikasi UMY akan mendukung setiap langkah yang positif dari mahasiswa”, katanya.
Fajar Junaedi juga menerangkan tentang banyaknya pengusaha media yang muncul di Indonesia. Akibatnya, peran media yang independen berubah menjadi alat pelancar kepentingan penguasa media tersebut, tanpa melihat kepentingan masyarakat akan informasi dan pendidikan. “ Jika kita lihat media televisi saat ini, dengan jelas dapat dilihat ada suatu keberpihakan pada penguasa media tersebut. Hal ini mengakibatkan kepentingan masyarakat akan info yang benar dan pendidikan terabaikan”, pungkas dosen IK UMY ini.