Masyarakat di Indonesia, hanya sakti saat menjelang Pemilu. Masyarkat hanya memberikan pengaruh besar saat suaranya digunakan untuk mencoblos. Selebihnya, masyarakat terlihat hanya sebagai penonton apa yang dilakukan pemerintah. Hal ini tercermin dari berbagai kebijakan ekonomi pemerintah yang justru menguntungkan pelaku kebijakan dan pemilik modal saja, terlebih pemodal asing.
Demikian disampaikan Anne Permatasari, MA, Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Univeristas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam Bedah Buku “Membunuh Indonesia. Konspirasi Global Penghancuran Kretek” yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (BEM FISIPOL) UMY, Selasa (27/3) di Ruang Sidang Hukum Kampus Terpadu UMY.
Anne menjelaskan, kedaulatan ekonomi Indonesia sedang tergadai saat ini. Kegiatan-kegiatan ekonomi produktif yang dilakukan pemerintah justru diambil alih oleh pihak asing. Mereka melakukannya dengan mengintervensi kebijakan yang diambil pemerintah. Misalnya dalam merancang regulasi, besarnya intervensi asing berbanding kosongnya pelibatan masyarkat membuat regulasi tersebut sama sekali tidak berpihak kepada rakyat.
“Misalnya UU Sumber Daya Air. Privatisasi air menjadikan air sebuah barang dagangan. Akses pengelolaan air tentunya diperoleh tergantung siapa pemilik modal terbesar. Air sebagai kebutuhan yang pasti dibutuhkan semua orang saja harus bayar. Kita bisa lihat bahwa telah terjadi pemiskinan sistematis masyarakat Indonesia oleh kepentingan sebagian pihak,” terang Anne.
Menurut Anne, terjadi pembiaran oleh pemerintah saat rakyat mengalami permasalahan yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan regulasi pemerintah. Saat hasil produksi petani garam tidak layak konsumsi, kebijakan yang diambil justru impor garam, bukan upaya pemberdayaan petani garam dapat memproduksi garam berkualitas. “Terjadi pembiaran atas permasalahan di masyarakat oleh pemerintah. Kepentingan elit pemerintah ini pada akhirnya juga melemahkan posisi tawar Indonesia di mata internasional karena ketergantungan pada pihak asing”.
Pada akhirnya Anne mengharapkan adanya upaya advokasi masyakarat secara masiv sehingga tidak lagi terjadi pembiaran terhadap problem masyarakat. “Buku ini seharunya membuka mata kita bahwa ada permasalahan besar yang sebenarnya dihadapi bangsa Indonesia. Kolapsnya industri kretek hanya menajdi contoh kecil upaya korporasi multinasional untuk melakukan kapitalisasi di Indonesia”. (fariz)