Indonesia di mata dunia, menjadi negara yang memiliki identitas yang sangat beragam. Pluralisme tersebut semestinya menjadi modal besar bagi Indonesia untuk memperlihatkan eksistensinya di kancah
Internasional. Ada banyak aspek yang ma
sih bisa digali untuk dijadikan modal tersebut. Salah satunya adalah fenomena masyarkat muslim Indonesia yang moderat.
Demikian disampaikan Aziz Nurwahyudi, MM. MA saat kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Konselor Politik di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Praha, Republik Ceko, akhir Sepetember lalu. Aziz menyampaikan hal tersebut di hadapan mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muahmmadiyah Yogyakarta (HI UMY) dalam Kuliah Umum “Diplomacy in Practice”, Kamis (13/10) di Ruang Simulasi Sidang HI, Kampus Terpadu UMY.
Menurut Aziz, kondisi Indonesia, sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia dapat menjadi sarana diplomasi penting bagi negara ini. Para diplomat Indonesia dapat memperlihatkan Indonesia sebagai negara yang toleran meski memiliki masyarkat plural. “Masyarakat Muslim di Indonesia tetap menghormati agama-agama lain dan berjalan berdampingan tanpa permasalahan berarti”, jelas diplomat yang ditugaskan di Praha sejak 2007 ini.
Lebih lanjut Aziz menjelaskan, kondisi politik di Indonesia terkait masyarakat Muslimnya juga dapat menjadi modal. Meskipun memiliki masyarkat multikultural, keberadaan jumlah penganut agama Islam yang mayoritas tidak mempengaruhi berjalannya proses demokrasi di negara ini. “Tidak pernah ada korban ataupun permasalahan agama yang besar dalam Pemilu atau proses politik lain. Mesir, Tunisia, Libya dan negara-negara Timur Tengah bisa belajar hal tersebut dari Indonesia”, jelasnya
Indonesia menurut Aziz juga memang diberi modal yang sangat besar dengan budaya yang sangat beragam. Keunggulan Indonesia dari negara lain adalah bagaimana Indonesia dapat menampilkan tari-tarian, lagu, dan makanan yang tidak monoton seperti negara lain. “Di Ceko, kami berhasil mempromosikan keberagaman tersebut melalui film sehingga festival yang kami adakan sangat ramai dikunjungi penikmat film di Ceko”, terangnya
Dalam Kuliah umum tersebut Aziz juga mengharapkan UMY sebagai universitas besar yang berbasis Islam bisa menjadi pelopor untuk mempromosikan fenomena masyarakat muslim moderat ke luar negeri. Hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat diplomasi tidak hanya dapat dilakukan lewat jalur resmi. “ Ada istilah Secondtrack Diplomat, setelah para pejabat Kementrian Luar Negeri, setiap warga Indonesia dapat menjadi wakil Indonesia dalam mempromosikan berbagai hal, termasuk mahasiswa” tutur lulusan Monash University, Melbourne, Australia ini.
Sementara Ketua Program Studi HI UMY, Dr. Ali Muhammad, MA menyambut baik kesediaan Aziz mengisi kuliah umum bagi para mahasiswa HI UMY ini. Ia menjelaskan bahwa kuliah umum seperti ini akan memiliki dampak positif yang besar bagi para mahasiswa. “Diplomasi dan Hubungan Internaisonal bukan sekdar teori yang selama ini dipelajari diperkuliahan. Mahasiswa sangat membutuhkan gambaran bagaimana praktek diplomasi dilakukan oleh para diplomat”, terang Ali.