Konflik era saat ini lebih didukung oleh propaganda media barat untuk memecah belah kerukunan antar umat beragama. Saat ini kerukunan antar umat beragama sulit diciptakan setelah banyak terjadi konflik di beberapa kawasan mayoritas maupun minoritas muslim. Seperti yang disampaikan oleh General Tan Sri Panglima Mohd Azumi Mohamed, saat menjelaskan “Religion and Peace Building,” Azumi mengatakan bahwa antar umat beragama saat ini belum bisa hidup berdampingan. Media Barat menjadi salah satu penyebab propaganda dalam memunculkan konflik antar umat beragama.
“Citra Islam tidak seburuk apa yang dikatakan oleh media barat. Jauh pada 400 tahun yang lalu, antar umat beragama mampu hidup berdampingan sebelum munculnya media barat sebagai alat propaganda. Media barat mampu memunculkan kebencian antar agama. Kita bisa lihat saat ini, banyak konflik yang terjadi di Timur Tengah, seperti konflik di Suriah dan Irak. Seperti yang diberitakan oleh reporter Inggris pada konflik yang terjadi di Irak, sebanyak 700 syiah menjadi korban akibat dari pemboman yang dilakukan oleh ISIS yang merupakan kelompok dengan mengatasnamakan Islam,” ungkapnya saat memberikan materi pada Mahathir Global Peace School (MGPS) 5, Selasa (29/11) di AR Fachruddin lantai 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Bukan hanya memburuknya citra Islam di mata dunia, Azumi yang merupakan Jendral (purn) Malaysia tersebut menyebutkan bahwa konflik yang tengah terjadi di Myanmar, banyak media yang menyoroti pembantaian etnis rohingya yang dilakukan oleh Budha. Padahal tidak semua umat Budha melakukan pembantaian yang menimbulkan banyak korban etnis Rohingya. “Ada kelompok biksu Budha di Myanmar membantu menyelamatkan Umat Muslim Rohingya. Akan tetapi belum terekspos oleh media. Ini jelas memunculkan sisi negatif bagi umat Budha,” jelasnya.
Azumi menjelaskan lebih lanjut, selain media barat yang memunculkan kebencian antar umat beragama, kedamaian sulit dibangun jika terdapat kelompok ekstrimis yang salah menafsirkan kata jihad. “Ini sangat disayangkan bagi kelompok ekstrim. Bukan hanya ISIS, Al Qaeda, namun juga beberapa kelompok biksu di Myanmar juga salah menafsirkan kata jihad. Mereka mengartikan jihad seperti menarik pedang dan membunuh kelompok agama lain,” lanjutnya.
“Media saat ini memperkeruh perdamaian antar umat beragama, terutama memperburuk citra Islam. Padahal Islam seperti agama lainnya yang mengajarkan perdamaian. Perdamaian itu bukanlah konflik maupun perang. Dalam Islam ada juga peraturan suci terkait perang seperti Konvensi Geneva. Setiap umat beragama jangan salah mengartikan makna jihad yang menimbulkan ketidaknyamanan dalam beragama,” tutupnya. (hv)