Berita

Memacu Semangat Generasi Muda untuk Berwirausaha

ara mahasiswa kini mendapatkan perhatian besar, khususnya dari pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, terkait apa yang akan mereka lakukan setelah menjadi sarjana.

Para mahasiswa kini mendapatkan perhatian besar, khususnya dari pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, terkait apa yang akan mereka lakukan setelah menjadi sarjana.

Calon-calon sarjana tersebut didorong untuk berwirausaha agar membantu mengurangi masalah pengangguran yang kian hari kian memprihatinkan di Republik ini. Bahkan, telah disiapkan program bantuan wirausaha dari pemerintah untuk sarjana. Besarnya perhatian ini seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para mahasiswa. Idealnya, kini semangat para mahasiswa untuk memiliki orientasi sebagai pengusaha menjadi terpacu.

Demikian dipaparkan Asto Triatmodjo dari Netpreneur Institute Center dalam Seminar Enterpreneurship “Mudahnya Berbisnis” yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (28/04) di Kampus Terpadu UMY.

Lebih lanjut, Asto menerangkan bahwa di era teknologi informasi (TI) sekarang ini, terjadi peningkatan pendapatan dan peningkatan kemampuan yang semakin cepat. Dengan memanfaatkan potensi TI, banyak peluang besar yang hadir, yang tidak terbatas. “Yang perlu dilakukan adalah bagaimana memanfaatkan kemajuan TI ini secara optimal. Setidaknya ada dua hal yang dihasilkan oleh perkembangan teknologi tersebut, yakni semakin banyaknya peluang baru yang muncul dan terjadinya revolusi dalam metode pengembangan bisnisnya,” tutur Asto.

Dalam kesempatan kali itu, Asto mengingatkan akan sebuah tugas berat, yaitu menumbuhkan mental berwirausaha di kalangan generasi muda, khususnya para mahasiswa. “Menjadi seorang pebisnis bukanlah sesuatu yang dapat dicapai secara instan, ada proses-proses berkelanjutan yang harus dilalui sebelumnya. Salah satunya adalah berusaha keluar dari zona nyaman dan berusaha untuk niteni (amati),  niru (tiru),  nambahi (modifikasi). Belajar dari para pengusaha yang telah sukses menjadi salah satu kuncinya,” tambah Asto.

Hadir pula Andi Purnomo (motivator dan pengusaha lilin “pensil terbang”), Tatik E Pujiani (retail toko Pantes), Rini (home industry mie ayam), Efilasmi (eksportir kerajinan tangan), dan Tantriana H (pengusaha Virgin Coconut Oil). Sekelompok pengusaha ini menyadari bahwa pentingnya penguatan kembali di sektor ekonomi, khususnya pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di daerah Bantul, yang sempat jatuh pasca gempa 27 Mei 2006. Alasan tersebut yang kemudian menggugah sekelompok pengusaha tersebut untuk secara kontinyu melakukan pemberdayaan masyarakat dan penyiapan pengusaha-pengusaha muda.

Tatik E Pujiani, seorang pengusaha retail yang turut menjadi narasumber pada seminar tersebut mengatakan bahwa berwirausaha itu menyenangkan, berwirausaha adalah lapangan pekerjaan yang tak memiliki batas. Namun perlu dicatat, bahwa untuk memulai usaha, tidak cukup hanya dengan niat saja, namun memerlukan kesungguhan hati dan kerja keras yang dilakukan. Sebelumnya juga harus dilakukan perhitungan yang matang, baik dari segi pemilihan jenis usaha, pemilihan target pasar, hingga bagaimana metode pengembangan bisnis tersebut.

Menurut Triyono, SP, MP, Ketua Program Studi Agribisnis UMY, seminar bisnis ini diadakan sebagai langkah untuk mempersiapkan sumber daya mahasiswa yang berjiwa pengusaha. Harapannya, melalui kegiatan semacam ini dapat mengasah kemandirian, memicu minat berwirausaha, serta mendorong kompetensi mahasiswa dalam bidang kewirausahaan. “Sekarang sudah saatnya para mahasiswa, ketika lulus nantinya, tidak lagi menjadi job seeker atau pencari kerja, namun menjadi job creator atau pencipta lapangan pekerjaan,” imbuhnya.