Berita

Memajukan Pariwisata Tak Perlu Menunggu Tangan Pemerintah

Untuk mengembangkan dan memajukan branding pariwisata di Indonesia sebenarnya tidak perlu menunggu peran penuh dari pemerintah. Dengan kesepakatan yang telah dibangun oleh asosiasi-asosiasi yang peduli terhadap keadaan pariwisata ini maka akan terbentuk suatu brand pariwisata yang maju dan berkembang.

Hal ini diungkapkan oleh Silih Agung Wasesa dari Asia PR saat mengisi International Joint Seminar  dengan tema Tourism Branding in ASEAN “Problem and Challenges of Globalization yang diselenggarakan atas kerja sama Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IKOM-UMY) dengan Chulalongkorn University of Thailand di Kampus Terpadu UMY, Senin (25/7). Selain itu hadir pula sebagai pembicara yaitu Tri Hastuti Nur Rochimah, M.Si dosen Prodi Ilmu Komunikasi UMY dan Prof. Parichart Schapitanonda dosen dari Chulalongkorn University of Thailand yang di moderatori oleh Frizky Yulianti Nurnisya, M.Si dosen Ilmu komunikasi UMY.

Menurut Silih setiap negara di ASEAN memiliki beberapa masalah dalam pengambangan tourism brandingnya dan di Indonesia masalah tersebut memang relatif kompleks salah satunya tidak adanya bentuk dukungan dari pemerintah. “Jika strategi untuk memajukan pariwisata ini dapat dukungan baik oleh pemerintah maka saya yakin brandingnya pun akan jauh lebih baik” ujarnya.

Pembicara lainnya Tri Hastuti Nur Rochimah, M.Si menjelaskan selama ini pemerintah membuat logo dan tag line dengan bentuk dan bahasa yang luar biasa namun implementasinya jauh dari itu. “Pemerintah tidak memeiliki strategi komunikasi pemasaran yang baik sehingga implementasinya pun dianggap tidak berjalan dengan baik contohnya dengan tag line Enjoy Jakarta tapi ketika wisatawan datang kenyamanan yang dijanjikan itu hanya sebuah kata-kata” jelasnya.

Tri juga menuturkan bahwa strategi yang harus diimplementasikan seharusnya berdasarkan hasil penelitian dilapangan. “Melalui hasil penelitian tadi maka kita dapat menyusun perencanaan dengan mengetahui apa yang dibutuhkan dalam pengembangan pariwisata, bagaimana menghadapi kompetitor, lalu mengkomunikasikannya dengan baik serta melakukan evaluasi atas pelaksanaan yang dilakukan sehingga dengan demikian akan terbentuk suatu branding pariwisata yang baik ” tuturnya.

Sementara itu Prof. Parichart Schapitanonda menambahkan bahwa awamnya brand itu berasal dari kepercayaan orang terhadap apa yang orang itu lihat dan rasakan dan dikomunikasi secara terus menerus pada orang lain sehingga orang itu percaya. “Sehingga berbicara branding tourism bukan hanya berdasar pada logo ataupun tagline yang dibuat sedemikian apiknya tetapi pengalaman orang terhadap pariwisata itu sendiri” tambahnya.