Selama ini masyarakat sering beranggapan bahwa menyuntikkan insulin ke dalam tubuh adalah cara paling efektif untuk menyembuhkan atau bertahan dengan penyakit Diabetes Mellitus (DM). Untuk penderita DM tipe 1 yang notabene merupakan diabetes yang berasal dari genetik atau turunan sejak lahir harus menyuntikkan insulin sepanjang hidupnya. Tentu kondisi ini sangat memprihatinkan melihat para pasien harus melakukan hal tersebut setiap hari sebelum makan. Apalagi sering sekali terjadi ketidaktepatan dosis dalam penyuntikannya. Padahal sebenarnya untuk bertahan atau menyembuhkan DM 1 ini bukan hanya dengan cara itu saja. Ada beberapa cara lain salah satunya adalah memamfaatkan stem cell atau sel induk organ tubuh untuk di jadikan pankreas baru yang mulai dikembangkan sejak tahun 2008.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ratna Sari Ritonga, mahasiswa Kedokteran Umum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KU UMY) , saat memaparkan hasil gagasan tertulis yang dibuat bersama ketiga rekannya Anni Mar’utush Sholihah, Annisa Puty Widaryanto, dan Muflizah Rizkawati dan berhasil menang dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) gagasan tertulis yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) dalam sebuah diskusi terbatas bertempat di Kampus Terpadu UMY, Rabu (1/9).
Menurut Ratna, stem cell atau sel induk adalah sel dalam organ tubuh yang mampu menggandakan tubuh juga mampu menghasilkan sel-sel yang berbeda. Sel induk dari berbagai organ sepert sel induk hati, sel induk pankreas itu sebdiri, sel induk sum-sum tulang, dan sel induk pusar bisa dijadikan pankreas baru. “Sel-sel tersebut di ambil dari pasien DM itu sendiri atau di ambil dari sel induk milik keluarganya,”urainya.
Mengapa pankreas? Karena DM 1 biasanya disebabkan oleh kerusakan pankreas yang berasal dari genetik atau DNA. Pankreas berfungsi untuk memproduksi Insulin. Pankreas yang rusak akan berakibat pada produksi insulin yang relatif sedikit. Sedangkan Insulin sendiri berfungsi menjadikan gula di dalam tubuh menjadi energi. Jika insulin sedikit maka banyak gula dalam tubuh yang tidak tersalur menjadi energi dan berakibat pada timbunan gula dalam tubuh. “Sehingga muncullah penyakit DM tersebut,”paparnya.
Jika pankreas baru sudah terbentuk dan diadakan perawatan atau follow up sekitar 7 sampai 36 bulan, pankreas bisa bekerja dengan normal dan memproduksi Insulin dengan baik. Si penderita DM tipe 1 pun bisa hidup normal lagi tanpa harus menyuntikkan insulin ke dalam tubuhnya setiap hari. “Memang pengobatan cara ini cenderung mahal dalam pendanaan, “paparnya.
Ratna mengungkapkan bahwa hingga saat ini ada pelonjakan kenaikan penderita DM di dunia. Pada tahun 2000 ada sekitar 175,4 juta orang sedangkan tahun 2010 meningkat menjadi 239,3 juta orang dan Indonesia merupakan negara keempat terbesar yang penduduknya mederita DM setelah Amerika, China, dan India. Dari sekian banyak penderita DM, tidak lebih dari 10 orang yang menggunakan cara pemamfaatan sel induk ini sebagai jalan keluar. Oleh karena itu melalui Artikel Ilmiah ini Ratna dan tim nya ingin mensosialisasikan cara pengobatan DM tipe 1 ini. “Masih banyak yang belum tahu dan belum percaya dengan pengobatan ini, padahal di negara lain malah sudah memamfaatkan sel induk untuk anti aging,”tandasnya.