Berita

Mencari Solusi Permasalahan Ahmadiyah

Maraknya kekerasan terhadap Jamaah Ahadiyah belakangan ini memang meresahkan. Hal tersebut tidak sesuai dengan semangat ke-Bhinnekaan yang selama ini dijunjung bangsa Indonesia. Dibutuhkan dialog yang berkesinambungan, keinginan untuk melakukan koreksi dan semangat persatuan untuk mendapat jalan keluar atas permasalahan tersebut.

Semangat kebersamaan dalam mencari solusi terbaik bagi permasalahan Ahmadiah inilah yang tercermin dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (17/03). Bertempat di Kampus Terpadu UMY, acara ini mengambil tema “Unity in Diversity: Indonesia dalam Semangat Persatuan” dan menghadirkan beberapa pembicara antara lain: H.S Ali Yasir (Gerakan Ahmadiyah Indonesia), Dr. Didit Hadibarianto (Jamaah Ahmadiyah Indonesia), KRT. Drs. H. Ahmad Muhsin Kamaludiningrat (Sekretaris Umum MUI D.I Yogyakarta), M. Sukriyanto. AR (PP Muhammadiyah), Drs. Tulus Dumadi, MA (Departemen Agama) dan Hamim Ilyas (Anggota Majelis Tarjih PP Muhammadiyah).

Hamim Ilyas menengarai bahwa konflik keagamaan yang terjadi disebabkan oleh munculnya kriris dimana adanya pengutamaan hak-hak azasi saja tanpa mengedepankan kewajiban. “Kebanyakan masyarakat terlalu sering berbicara tentang Hak Asasi Manusia dan seringkali melupakan kewajiban sebagai umat beragama yang juga berkewajiban untuk menghormati umat lain. Jika kewajiban ini diwujudkan dengan baik, pasti bisa mengurangi konflik,” jelasnya.

Sementara itu, Sukriyanto menyatakan bahwa memang ada perbedaaan aqidah dan paham keagamaan antara Muhammadiyah dan Ahmadiyah. Namun kekerasan bukanlah solusi untuk menjembatani perbedaan ini. “Muhammadiyah dan Ahmadiyah memang berbeda aqidah dan paham agama. Namun Muhammadiyah tidak pernah menganjurkan kekerasan untuk menyelesaikan permasalahan seperti itu karena hal tersebut menyalahi kemanusiaan,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengajurkan kepada umat beragama untuk bisa melakukan instrospeksi diri. “Solusi yang ditawarkan bagi umat beragama adalah koreksi diri sehingga