Rasis atau membedakan orang karena warna kulit sangatlah tidak manusiawi. Karena kulit pemberian dari tuhan dan tidak dapat dielakkan lagi. Oleh sebab itu, manusia tidak boleh melecehkan satu sama lainnya karena kulit. Berteman bukan karena warna kulit, tapi karakterlah yang terpenting.
Hal tersebut disampaikan oleh Informational Resource Officer US Ambassy Myra Michele Brown, dalam seminar yang diadakan oleh American Corner UMY yang bertema “Tolerance and Racial Sensitivity”. Seminar tersebut berlangsung di Mini Theater PPB UMY, Senin (24/2).
Myra mengatakan, kebanyakan orang salah paham akan kehidupan. Memilih teman karena uang yang dimiliki, kepercayaan agama, etnis atau warna kulit. Akan tetapi dalam hidup seharusnya orang berinteraksi sesuai dengan karakter, aksi, hati dan jiwanya. “Terkadang kita lebih melihat tampak luarnya, tidak melihat yang sesungguhnya. Apalagi melecehkan orang karena beda etnis,” katanya dihadapan mahasiswa UMY.
Myra mengungkapkan, dulu warna kulit di Amerika sangat diskriminasi. Kulit hitam bahkan dianggap kriminal dan selalu disalahkan. Sehingga Martin Luther berharap suatu hari Amerika bukan melihat gender dan kulit, tapi karakter. “Sekarang presiden Amerika Serikat kulit hitam, dulu Amerika belum siap dengan ini. Tapi sekarang sudah mulai dapat diterima,” ungkapnya.
Myra juga menyampaikan pengalaman awal dia datang di Indonesia. Myra heran menemukan orang Indonesia yang mengatakan setiap kulit putih dari luar dikatakan bule dari Amerika atau Eropa, sedangan kulit hitam bukan dari Amerika atau Eropa. “Jumlah kulit hitam di Amerika itu sekitar empat puluh juta lebih, mereka sangat Amerika. Jadi saya pikir orang Indonesia yang mengatakan demikian belum pernah ke Amerika,” kata Myra dengan gurauannya.
Menurut Myra, yang paling efektif dalam mengubah persepsi masyarakat tentang diskriminasi kulit adalah media. Peran media dalam menghilangkan diskriminasi sangat penting. Sehingga tercapainya kedamaian bagi seluruh manusia dan tidak ada permusuhan atas nama etnis taupun agama. ”Media sangat berperan dalam hal ini, karena segala hal kehidupan berkaitan dengan media,” jelasnya.
Sedangkan Ketua Panitia Muhammad Abbas mengatakan, seminar ini diadakan dalam rangka peringatan Black History Month yang bertepatan pada bulan Februari. Selain seminar, American Corner UMY juga mengadakan diskusi Film selama 10 hari berturut- turut. “Ini merupakan acara rutin tiap tahun dan berkerjasama dengan Kedutaan Amerika Serikat. Nanti kita juga akan mengadakan disukusi film tentang diskriminasi, baik itu etnis atau gender,” jelasnya. (syah)