Berita

MGPS ke-5 Tekankan Isu Pendidikan

baliho-boulevard-4x6-ver1-01Program Mahathir Global Peace School (MGPS) ke-5 yang akan dilaksanakan pada 26 November hingga 5 Desember 2016 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, akan membingkai isu perdamaian dalam kerangka pendidikan. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Hilman Latief, Ph.D., selaku Kepala Sekolah MGPS sekaligus Kepala LP3M UMY saat ditemui di ruangannya pada Sabtu (19/11). Hilman mengatakan bahwa MGPS saat ini tidak jauh berbeda dengan MGPS sebelumnya yang masih berkaitan dengan isu perdamaian. Akan tetapi MGPS kali ini akan menekankan pada isu pendidikan yang akan menyasar kepada kelompok muda.

“Pada MGPS yang lalu mengusung isu keagamaan, multikultural, Hubungan Internasional, konflik antar negara, serta konflik kultural, untuk MGPS saat ini akan mengangkat isu pendidikan. Diambilnya isu pendidikan ini dikarenakan kami ingin menyasar kelompok muda yang sering terlibat jauh kepada gerakan. Sehingga ranah yang memungkinkan isu saat ini yaitu dengan memasuki ranah pendidikan,” terang Hilman.

Hilman melanjutkan, pada MGPS ke-5 tersebut peserta yang akan dilibatkan berasal dari 17 negara dan akan mendapatkan timbal balik yang nantinya akan bermanfaat di lingkungan tempat tinggalnya. “Pada kesempatan MGPS ke-5, peserta akan mendapatkan banyak materi terkait perdamaian dalam ranah pendidikan, kesempatan presentasi dalam studi kasus pendidikan, kuliah umum, dan akan banyak lagi manfaat yang didapat. Kemudian pada hari pertama semua peserta akan mengunjungi Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, serta mengunjungi Kota Batu, Malang,” paparnya.

Dari berbagai kurikulum dalam program MGPS tersebut, Hilman berharap peserta akan lebih paham bahwa pendidikan merupakan salah satu isu strategis dalam mengkampanyekan isu perdamaian. “Setidaknya nanti akan ada pengalaman atau kesiapan untuk bisa menerapkan terkait bagaimana melakukan gerakan perdamaian sejak dini. Dan ini tentu dalam menyisir kalangan muda, anak-anak, remaja, maupun dewasa, konteksnya akan berbeda-beda. Peserta nantinya diharapkan mampu merumuskan hal tersebut. Banyak yang bisa dilakukan untuk membuat gerakan damai dalam isu pendidikan,” harapnya.

Seperti pada MGPS sebelumnya, dalam penjelasan Hilman, selain peserta akan mendapatkan wawasan dan pengetahuan lebih terkait perdamaian dalam ranah pendidikan, peserta juga akan mendapatkan bekal dan pemahaman dalam merumuskan strategi perdamaian. “Pada MGPS sebelumnya telah menghasilkan alumni maupun peserta yang sudah bersertifikat, para peserta MGPS ke-5 ini nantinya akan menumbuhkan kesadaran untuk membangun perdamaian. Kultur perdamaian itu penting, bukan hanya tidak berbuat rusuh. Namun kultur perdamaian juga dapat berupa bagaimana bertutur kata, ataupun kultur damai dalam menyampaikan pesan-pesan pada publik dalam menyuarakan ide ataupun gagasan,” jelasnya.

Pada program MGPS ke-5 sekaligus terakhir ini juga akan menghadirkan buku MGPS yang berisi rangkuman dari materi-materi yang telah disampaikan pada MGPS sebelumnya. “Buku MGPS ini merupakan kompilasi dari materi-materi maupun makalah yang disampaikan peserta. Adapun buku MGPS bercerita tentang isu keagamaan, multikultural, isu bagaimana konflik dan perdamaian yang berkaitan dengan ajaran agama, tentang HAM, maupun tentang isu perbatasan. Jadi buku MGPS kali ini sebagai pembelajaran bagi yang lain,” tutup hilman. (hv)