Berita

MIHI UMY Selenggarakan Workshop Internasional Tentang Migrasi

Program Magister Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (MIHI UMY), bekerjasama dengan Malaysia Indonesia Research Centre For CSR and Leadership, University Sains Malaysia dan Linkoping University Sweden, menyelenggarakan International Workshop On Migration, Hijrah And Ummah In Nusantara And Beyond. Kerjasama tersebut bertujuan untuk menjadi sarana diskusi serta berbagi pengalaman untuk menambah pemahaman tentang migrasi, hijrah, dana umat Islam di Indonesia, khususnya di Dunia.

Acara yang mengusung tema “Paradigms Of Peace, Contestatiom And Transformation” ini diikuti oleh para dosen dan mahasiswa Magister UMY. Para peserta juga diajak untuk berbagi dan memaparkan tentang penelitian-penelitian dalam bidang Hubungan Internasional, perdamaian, kontestasi dan transformasi. Kemudian peserta juga turut berpartisipasi dalam menyampaikan ide atau solusi terkait dengan permasalahan yang sedang didiskusikan. Kegiatan tersebut berlangsung selama 2 hari mulai 2 Agustus hingga 3 Agustus 2017 di Ruang Ampitheater Pascasarjana UMY.

Dr. Ali Maksum selaku Sekretaris Program Magister Ilmu Hubungan Internasional UMY menyampaikan tujuan lain diadakannya acara tersebut. Menurutnya, acara ini diselenggarakan untuk menjalin erat kerja sama secara individu maupun secara Intitiusi. Selain itu juga, acara ini menjadi kebanggaan bagi Program Magister Ilmu Hubungan Internasional UMY yang telah menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan workshop selama dua hari. “Untuk itu saya mengharapkan kerja sama yang telah terjalin bisa terjalin secara berkelanjutan, sehingga acara seperti workshop internasional ini bisa diselenggarakan setiap tahunnya,” imbuh Ali.

Ali menambahkan, tema yang diusung tahun ini merupakan isu-isu nasional dan internasional. “Fenomena yang saat ini terjadi adalah tentang bagaimana banyaknya pengungsi di Indonesia maupun internasional. Seperti sekarang banyak penduduk berpindah dari satu Negara ke Negara lain dengan tujuan menetap atau mencari pekerjaan. Di Indonesia sendiri sebagian penduduk sudah banyak yang berpindah dari desa ke perkotaan. Hal ini bisa disebabkan dari faktor ekonomi, politik, sosial, budaya, bencana alam, dan keamanan,” ujar Ali saat diwawancarai BHP di Ruang Ampitheater UMY, Kamis (3/8).

Sementara itu, Dr. Ismail Wekke selaku narasumber dalam acara workshop hari kedua menjelaskan, integrasi (pembauran/penyesuaian) yang terjadi di Indonesia sudah berlangsung dengan cukup baik. “Kita bisa ambil contoh seperti Suku Bugis, suku ini banyak yang bermigrasi ke Maluku. Pada proses perpindahannya Suku Bugis berhasil beradaptasi dengan baik dengan masyarakat Maluku itu sendiri. Bahkan suku ini dilibatkan dalam mengelola lahan pertanian warga sehingga terjadi penguatan antara Suku Bugis dan masyarakat Maluku. Selain itu, saat ini Suku Bugis juga telah menyebar di berbagai daerah Maluku dan memiliki peran penting dalam pengontrolan pendistribusian hasil pertanian seperti sayur mayur. Tidak hanya itu, non Muslim dan Muslim berhubungan dengan baik dan rukun, sehingga hal ini tidak menyurutkan Suku Bugis untuk terus berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Dari peristiwa ini saya berharap semua pihak bisa menerima keberagaman karena hal tersebut merupakan fitrah dari manusia itu sendiri, selain itu tetap menjaga harmoni dalam bermasyarakat untuk menciptakan ketentraman dan perdamaian,” tutup Ismail. (sumali)