Berita

Miliki Kontribusi Besar pada Pemilu Serentak 2019, Pemilih Pemula Jangan Bingung dan Golput

Menjelang Pemilu serentak yang akan dilaksanakan pada 17 April mendatang, banyak pemilih pemula yang belum menentukan pilihannya. Berdasarkan kekhawatiran terhadap hal tersebut, Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta melakukan pengabdian masyarakat sebagai upaya untuk mendorong pemilih pemula menggunakan hak pilihnya secara aktif pada pemilu serentak nanti.

Bekerjasama dengan Pemerintah Desa Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Dosen FH UMY Septi Nur Wijayanti, SH., MH dan Nanik Prasetyoningsih, SH., MH, melakukan pengabdian yang telah dilaksanakan pada Sabtu (16/3) di Balai Desa Tirtonirmolo. Pengabdian tersebut diikuti oleh 40 peserta pemilih pemula dari 12 pedukuhan.

“Desa Tirtonirmolo memang sudah lama bermitra dengan FH UMY. Pada pemilu 2014 lalu tingkat partisipasi masyarakat berada di angka 80 persen dengan pemilu yang berlangsung lancar dan tertib. Di samping itu jumlah pemilih pemula di Desa ini terbilang cukup besar yakni 1494 orang. Oleh karena itu, pendidikan bagi pemilih pemula ini penting, sebab bertujuan untuk memberikan informasi serta wawasan terkait bagaimana caranya menentukan pilihan. Agar tidak bingung dan menghindari golput mengingat potensi pemilih pemula sangat besar kontribusinya pada angka partisipasi pemilu,” ungkap Nanik.

Kembali dikatakan oleh Nanik jumlah pemilih pemula yaitu warga Indonesia yang berusia 17 tahun terhitung sejak 1 Januari 2018 hingga 17 April 2019 dari Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia ada sebanyak 5.035.887 orang. Jumlah tersebut merupakan angka yang besar kontribusinya bagi pemilu. “Kunci sukses pemilu adalah tingkat partisipasi masyarakat, sehingga tingkat partisipasi masyarakat menjadi perhatian khusus oleh pemerintah pada pemilu
serentak 2019, termasuk di dalamnya pemilih pemula,” terangnya.

Pengabdian yang dilakukan oleh Nanik beserta rekanya Septi di Desa Tirtonirmolo dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu, persiapan, pelaksanaan, pendampingan serta evaluasi yang dilaksanakan selama 3 bulan sejak Bulan Januari hingga Maret ini. Nanik berharap pengabdianya ini tidak sia-sia namun dapat meningkatkan partisipasi pemilih pemula dalam pemilu nanti. “Kami harap Tingkat partisipasi pemilih pemula tinggi, dan tidak ada pemilih pemula yang golput. Budaya memilih yang benar sesuai dengan hati nurani harus ditanamkan sedari dini, agar ke depan tingkat partisipasi warga dalam pemilu tetap stabil dan semakin meningkat,” ungkap Nanik lagi.

Sedangkan dalam penyampaian materinya, Mestri Widodo, S.IP., MM Kepala Divisi Hukum di KPU Bantul mengatakan, pemilih pemula seharusnya lebih objektif dalam menentukan pilihan dan dapat memilih pilihan yang terbaik. “Pemilih pemula harus menelusuri track record para calon legislatif maupun presiden dan wakil presiden, juga harus cermat dalam memilih dan jangan golput,” tegasnya.

Widodo juga menyampaikan dalam pemilu serentak nanti akan ada 5 kartu suara yang harus “dicoblos” oleh pemilih. Selain itu ia juga menambahkan tingkat partisipasi pemilih kabupaten Bantul pada pemilu 2014 sebesar 80 persen, sedangkan pada pemilu 2019 nanti target partisipasi pemilih Bantul berada di angka 82 persen. “Target partisipasi pemilih KPU Bantul melebihi target pemilih Nasional yang menargetkan 77 persen pemilih,” ungkapnya.

Sementara itu Dhenok Panuntun Tri Suci Asmawati, S.H., M.H. Komisioner BAWASLU Bantul yang turut memberikan materi dalam acara tersebut mengatakan pemilu adalah awal seleksi koruptor, beliau berpesan harus hati-hati dalam memilih. “Ada kaitan antara korupsi dengan pejabat negara yang dipilih melalui pemilu. Pemilu itukan suatu proses memilih orang untuk mengisi jabatan politik tertentu untuk mewakili rakyat dalam menjalankan pemerintahan. Untuk itu pemilih harus cermat dan hati-hati dalam menentukan pilihan, pemilih harus yakin terhadap personality juga latar belakang calon yang akan dipilih,” tegasnya. (Pras)