Zaman selalu berubah dan memiliki masalah yang berbeda-beda. Dewasa ini, kita telah memasuki era disruptif dan Revolusi Industri 4.0. Untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan yang akan datang, perguruan tinggi harus dapat beradaptasi dengan cara meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) serta harus bisa memanfaatkan segala peluang yang dihadapi. Serta jangan bergantung pada teknologi, akan tetapi harus bisa menguasainya dengan baik.
Rektor Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) Leenawaty Limantara M.Sc., Ph.D menjelaskan bahwa untuk bisa bertahan di zaman yang serba cepat ini, perguruan tinggi dituntut untuk dapat fleksibel ketika menghadapi masalah. Ia juga menuturkan bahwa arus cepat dari kemajuan zaman tidak dapat di bendung, oleh karenanya lembaga pendidikan harus bisa beradaptasi dengan baik.
“Fleksibel dan harus bisa beradaptasi agar bisa terus tumbuh dan berkembang. Lakukan investasi baik dalam sarana maupun SDM. Karena SDM merupakan investasi yang paling berharga dan berpotensi di masa mendatang,” ujarnya saat mengisi acara Pelatihan Kepemimpinan Bagi Pejabat Struktural UMY dengan tema “Tantangan Perguruan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0” di Ruang Ampitheater Gd. K.H Ibrahim Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Kamis, (8/8).
Lalu Leenawaty juga mengingatkan kepada para hadirin bahwa ilmu yang diberikan kepada para mahasiswa bukan hanya ilmu yang akan dipakai untuk masa kini, tetapi untuk masa depan. Menjadi seorang pengajar juga harus bisa menerima hal baru dan tidak terpaku dengan pengetahuan serta pengalaman yang didapat pada masa lalu.
“Sebagai pendidik, kita harus mengajarkan kepada anak didik yang kita ampu untuk mempelajari apa saja yang akan terjadi di masa depan. Selain itu, kita juga harus bisa membantu mereka untuk menyelesaikan masalah yang akan dihadapi mereka di masa depan. Jangan hanya terpaku pada ilmu yang kita miliki, tetapi harus bisa terus berubah,” katanya.
Pada akhir materinya, Leenawaty menegaskan bahwa kemampuan softskill menjadi hal yang penting di tengah perkembangan teknologi. Dia menuturkan bahwa teknologi tidak selalu mampu mengangkat kualitas sesorang atau suatu lembaga. Tetapi perangai dan kebiasaan yang baik pasti menjadi hal yang sangat berharga untuk suatu kemajuan.
“Kegagalan bukan berarti kekurangan ilmu atau teknologi, tapi harus meninjau ulang attitude. Komunikasi yang efektif menjadi kunci ketika memberikan instruksi kepada rekan atau bawahan. Jika mampu bertahan pada pekerjaan yang memiliki tekanan tinggi dapat memberikan manfaat yang besar,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan AIK UMY memaparkan bahwa penting sekali untuk menekankan kemampuan bersosial yang baik. Hal ini dikarenakan kemajuan bukan hanya tentang teknologi, akan tetapi moral manusia juga harus terus menjadi semakin baik. “Sekarang kita juga harus mengajarkan nilai-nilai sosial kepada semua orang, jangan sampai kemajuan teknologi mengikis itu semua,” pungkas Hilman. (ak)