Berita

Moral seimbangkan kecerdasan intelektual dan hati

Tri Darma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat ternyata dinilai belum cukup untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik. Banyak orang cerdas secara intelektual namun sangat kurang kecerdasan hatinya. Sehingga banyak terjadi pengrusakan sebagai akibat dari kecerdasan intelektual tersebut seperti pengeboman, nuklir dan lain-lain. Oleh karena itu perlu sebuah darma lagi agar tri darma tersebut menjadi catur darma yakni darma perguruan tinggi sebagai percontohan moral.

Demikian diungkapkan oleh Prof. Dr. Syafii Ma’rif di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam diskusi ‘Implementasi Catur Dharma di Perguruan Tinggi’, Kamis (12/8).

Menurut Syafi’i yang kerap disapa Buya ini, saat ini peradaban dunia adalah peradaban ‘how’. Dimana kita gencar menciptakan sesuatu. Namun tidak mempertanyakan mengapa kita harus menciptakan sesuatu tersebut ‘why’. Sehingga yang sering terjadi adalah penyalagunaan. “Contohnya teknologi yang digunakan untuk kejahatan. Jika peradaban yang dibangun adalah peradaban ‘how’ maka yang terjadi adalah harakiri perdaban.” urainya.

Untuk itu perlu peran perguruan tinggi sebagai agen percontohan moral agar terjadi keseimbangan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan hati. Sehingga kita bukan hanya berpikir ‘how’ namun juga berpikir ‘why’. “Melalui kecerdasan hati dan kecerdasan intelektual maka nantinya akan diperoleh kearifan global yaitu cara berfikir global.”ujarnya.

Selain memasukkan moral dalam darma perguruan tinggi, Syafii juga mengingatkan akan para pengajar sekarang jangan berpikir mekanik yang kaku.  Proses belajar mengajar cenderung searah dan kelas dikuasai oleh guru atau pun dosen.

Para pengajar harus berpikir dan mengajar kreatif, selalu mengupdate  pengetahuan maupun proses belajar mengajar yang dua arah dan seimbang antara guru dan murid. “Seorang pengajar atau dosen harus selalu banyak membaca dan memperbanyak pergaulan. Jangan pernah berhenti membaca,”tegasnya.