Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean pada akhir Desember mendatang, antusias masyarakat dan mahasiswa untuk menjadi pengusaha tergolong masih rendah, terutama motivasi mereka untuk menjadi seorang pengusaha. Diperkirakan masih sekitar 80 persen yang menginginkan untuk membuka peluang berwirausaha, sisanya lebih banyak yang menginginkan untuk menjadi PNS. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh keynote speaker Dr. Anggawira, MM, selaku ketua bidang organisasi, kaderisasi, dan keanggotaan BPP HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) dalam seminar nasional kewirausahaan dengan tema Membangun Motivasi Enterpreneurship di Era Masyarakat Ekonomi Asean yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi UMY.
Dalam seminar tersebut, Anggawira mengatakan jika setiap orang ditanya siapa yang mau kaya, pasti semua menginginkan. Namun, jika ditanya siapa yang mau menjadi pengusaha, tidak semua menginginkan untuk menjadi seorang pengusaha. “Kondisi rendahnya motivasi setiap orang terutama mahasiswa dalam hal kewirausahaan yang masih rendah inilah dengan melalui seminar ini diharapkan dapat terbangun spirit dan semangat dalam berwirausaha,” ungkapnya saat mengisi acara seminar di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di AR Fachruddin B lantai 5 pada, Senin (14/12).
Anggawira kembali mengungkapkan, dari 10 pintu rejeki salah satunya ada pada berwirausaha. Terlebih untuk menghadapi MEA yang akan datang, mahasiswa sangat diperlukan dalam membangun perekonomian bangsa. Hal ini karena, terciptanya motivasi berwirausaha biasanya bermula dari kampus-kampus yang merupakan salah satu dari tiga hal untuk mewujudkan keinginan seseorang untuk menjadi seorang pengusaha. Hal-hal yang harus dipikirkan yaitu dalam hal Skills (ketrampilan, red), proses dan hati. Dari ketiga yang harus dipikirkan tersebut, Anggawira menjelaskan Kunci dari skill adalah adanya inovasi. “Biasanya banyak yang berasumsi untuk menjadi pengusaha tidak perlu sekolah yang tinggi-tinggi. Nah asumsi semacam inilah yang harus dihilangkan. Karena lewat pendidikan itulah kita bisa mengasah skill untuk menjadi seorang pengusaha. Namun lebih dari itu, hal yang paling penting dari skill itu adalah inovasi. Dengan adanya inovasi dalam skill yang kita miliki, maka kita bisa menjadikan diri kita sebagai seorang pengusaha yang sukses,” jelasnya.
Terkait proses itu sendiri, Anggawira mengatakan proses bisa menghasilkan output yang baik jika lingkungan baik, dan kebijakan yang baik pula. Dalam proses ini butuh kerja yang keras dan bergaul dengan masyarakat yang memiliki motivasi yang tinggi untuk menciptakan ketrampilan berwirausaha. “Terakhir yaitu untuk menjadi seorang pengusaha harus memiliki hati yang berjiwa sosial. Menjadi pengusaha bukan hanya untuk menghasilkan uang saja, tetapi tentunya juga harus bermanfaat bagi orang lain,” paparnya.
Anggawira juga menjelaskan bahwa Indonesia memiliki 65 perseb dari pasar yang ada di ASEAN. Selain itu, Indonesia merupakan negara nomor ke 16 terbesar perekonomiannya di dunia. “Dilihat dari itu semua, ini bisa menjadi peluang untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensi dan kreatifitas dalam pengembangan-pengembangan produk dalam negeri. Pengembangan itu bisa fokus pada sektor pangan olahan atau sandang dengan merk-merk lokal namun mampu bersaing di tingkat internasional. Terlebih kita sebagai negara tropis ini perlu memanfaakan secara maksimal usaha pada sektor pangan tersebut. Sehingga cita-cita negara kita untuk bisa melakukan swasembada pangan bisa benar-benar terwujud, dengan begitu, pengeluaran negara dalam bidang pangan pun akan bisa lebih dihemat,” ujarnya.
Untuk menghadapi MEA yang sebentar lagi akan dimulai tersebut, Anggawira pun menyarankan pada seluruh elemen masyarakat dan pemerintah Indonesia untuk melakukan persiapan yang matang. Seperti dalam penguatan daya saing, penguatan sektor UMKM, serta peningkatan Wirausaha Muda. “Dalam penguatan daya saing adalah bagaimana pemerintah mampu membuat infrastruktur yang baik dan memudahkan agar UMKM dapat tumbuh. Selain itu, dalam penguatan UMKM sekarang sudah dimudahkan dalam hal perijinan untuk proses pengajuan bisnis. Terakhir jumlah sektor pengusaha muda yang masih rendah itu perlu disosialisasikan lagi di setiap kampus untuk membangun kader-kader mahasiswa yang memiliki pashion menjadi pengusaha,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Dekan Fakultas Ekonomi (FE) UMY, Dr. Rizal Yaya, S.E., M.Sc.Akt mengungkapkan untuk memotivasi mahasiswanya, UMY termasuk kampus yang sangat konsen dalam pengembangan kewirausahaan. Di sisi kurikulum juga telah ada matakuliah untuk menunjang mahasiswa menumbuhkan semangat kewirausahaan. “Dalam pengembangan kewirausahaan tersebut, kami juga mengembangkan sense kepada mahasiswa dalam hal pasar modal. Bukti yang telah kami lakukan yaitu pada tahun lalu, FE UMY berhasil mencetak 1000 investor muda di pasar modal dan berhasil tercatat dalam Rekor MURI, selain itu FE UMY juga sudah memiliki akun investor pasar modal Indonesia,” tandasnya.
Bukan hanya itu, Rizal kembali mengungkapkan, pada dua tahun terakhir ini Galeri BEI FE UMY juga mendapat penghargaan sebagai pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) yang paling aktif diantara kampus-kampus di Indonesia. Sehingga BEI UMY dipilih sebagai satu dari 10 kampus yang akan dikembangkan, dan tentunya para peserta mendapatkan sertifikasi dari BEI untuk profesi pasar modal. “Di lain sisi, kami juga akan menyeleksi para mahasiswa semester enam, tujuh dan delapan untuk bergabung mengisi posisi-posisi dalam kampus, yang tentunya kami beri cash dengan sangat bagus yaitu 1 juta perbulan yang setelah itu mereka menabung hingga lulus sampai terkumpul 20 juta untuk usaha mereka setelah lulus,” ungkapnya.
Acara Seminar kewirausahaan tersebut dilaksanakan selama dua hari (14-15 Desember 2015) dengan menghadirkan bazar hasil kreatifitas mahasiswa ekonomi UMY. Selain itu turut mengundang sebagai pembicara selain Ketua BPP HIPMI, yakni Sutejo, S.IP selaku direktur Larissa Aesthetic Center, Chaerany Putri sebagai founder Gerakcepat.com atau sociopreneur, serta Setyawan Eka Rahmanta selaku motivator Humor atau Artispreneur. (hevi)